Mohon tunggu...
Mgs. Fisika Fikri
Mgs. Fisika Fikri Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang punya seabrek mimpi :D

Lakukanlah sesuatu yang kau sukai maka kau tak akan merasakan berkerja sehari pun (Confucius) Membaca dan menulis adalah dua hal yang kusukai.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Sahabat Tuhan

10 Juni 2020   23:23 Diperbarui: 10 Juni 2020   23:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang pencinta sejati harusnya berkiblat pada nabi yang satu ini. Kisah Nabi Ibrahim AS adalah kisah cinta yang paling sejati. Bagaimana tidak? Disaat yang lain sibuk menyembah berhala, Ibrahim terus berpkir jika seluruh jagat raya ini bukanlah diciptakan oleh patung-patung yang sesungguhnya dekat dalam kesehariannya karena dibuat oleh ayahnya sendiri. Pencarian Nabi Ibrahim AS adalah bentuk kesungguhan dari seorang pencinta dalam menemui kekasih sejati.

 Ia lihat matahari.. mungkin inilah Tuhanku pikirnya. Tapi ternyata matahari tenggelam..

Ia lihat bulan.. mungkin inilah Tuhanku pikirnya. Tapi ternyata bulan meredup..

Ia lihat bintang.. mungkin inilah Tuhanku pikirnya. Tapi ternyata bintang tak muncul saat awan mendung...

Ibrahim pun berada pada puncak kebingungan, siapa Tuhan sebenarnya?

Dari sinilah kita belajar tentang sebuah perjalanan mencari Allah swt bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi dengan ibadah-ibadah rutin kita, Allah sudah menampakkan dzat-Nya. Namun dengan sebuah pengorbanan dalam perjalanan mencari Tuhan-Nya, Ibrahim menjadi orang yang diberikan gelar sebagai Bapaknya para Nabi.  

Rasa persahabatan oleh Allah ditunjukkan dalam kisah Nabi Ibrahim AS meski ketaatan yang ia lakukan namun Allah swt tak membalas cintanya dengan sekejap. Ibrahim harus menunggu hingga menjadi tua untuk mendapatkan keturunan yang jika dipikirkan bagi Allah mudah saja hanya untuk memberikan keturunan kepada nabi-Nya.

Bahkan tak sebatas itu, Ibrahim juga harus meninggalkan putranya yang sudah ia nanti-nantikan di padang arafah yang tandus dan sepi. Jika kita menjadi Ibrahim mungkin sudah protes, Tuhan yang ia cintai justru tega melihat putranya hidup tanpa asuhan sang ayah. 

Tapi tidak bagi Ibrahim.. ia teguh menjalankan perintah Tuhannya. Ia tinggalkan Ismail AS dan ibunya Siti Hajar di padang arafah. Begitu juga dengan Siti Hajar ia patuh kepada suaminya karena tahu ini adalah kehendak Allah swt.

Lama tak berjumpa, Ibrahim kembali datang.. bukan untuk berkumpul bersama sang buah hati. Tapi ia datang untuk menyembelih putranya. Ismail AS pun tahu jika sang ayah adalah orang yang begitu mencintai Allah maka Ismail AS juga ingin seperti sang ayah untuk dicintai Sang Maha Perkasa itu.

"Semeblihlah aku ayah!! Jangan biarkan dirimu ragu, karena godaan syetan. Jalankan perintah Tuhanmu.. Tuhan kita!!", itu kata Ismail AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun