Mohon tunggu...
Putra Niron
Putra Niron Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat di AMI Malaka dan SASOKA; Owner Kedai NN15

Penikmat Puisi, Penulis Kumpulan Puisi Penyair Bukan Kami; Kami dan Perjamuan Terakhir; dan Mata Cermin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bunga di Taman yang Kau Janjikan Itu Mati

19 Maret 2019   06:44 Diperbarui: 19 Maret 2019   06:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau masih ingat di tepi danau waktu itu?
Aku tidak pernah memintamu menjadi bunga.
Tidak pernah.
Kau harus jadi penjala.
"Ah Tuan, zaman ini,  zaman bunga.
Banyak ikan sudah jadi kupu-kupu.
Lebih baik saya jadi bunga."

Dan lagi Tuan,
Kini ada sesuatu tumbuh di selangkangan,
Rupanya seperti Hawa yang pernah kau berikan untuk Adam.
Aku resah.
Takut.
Maukah kau bawa dia kembali ke taman itu?
Di sana masih ada Adam, lelakinya.
Biar saja ular yang keluar dari selangkanganku.
Toh, Kain dan Habel sudah siap dengan api persembahan.
Saya pastikan ular itu akan mandi api.

Tunggu sebentar Tuan.

Batu ini.
Ya batu. Kau terlalu diam saat Habel dihantam mati
Kau terlalu tenang saat di Gomora ada seorang yang diubah menjadi seperti dirimu.
Apalagi ketika raksasa angkuh harus terkapar mati oleh si kecil Daud.
Begitupun saat pelacur itu hendak dirajam.
Dan bla, bla, bla tentangmu batu.
Lalu sekarang, kau menanti untuk menjadi palang pintu kuburnya?
Kuburku?
Ya kuburmu Tuan.
Kau sudah lupa?
....
April 2017, menjelang hari itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun