Menjadi guru muda yang belum berkeluarga dan masih ingin menambah pengalaman sekaligus memanfaatkan ilmu, membuat saya tidak hanya mengajar di satu sekolah saja tetapi juga mengajar di lembaga kursus bahasa Inggris dan juga privat bagi yang membutuhkan keterampilan bahasa Inggris.Â
Tantangan semakin menyenangkan jika mengajar beragram profesi. Mengajar privat seorang dokter misalnya, saya harus memahami istilah-istilah kedokteran sekaligus mampu menjelaskan secara rasional.Â
Memang ada betulnya apa yang pernah disampaikan dosen saya mengajar itu ya belajar. Dengan mengajar seorang dokter, saya juga bisa belajar sedikit tentang ilmu kesehatan.Â
Yang tidak kalah menariknya jika mengajar privat adalah terjadi hubungan emosional yang baik, saya pernah mengajar orang tuanya setelah orang tuanya selesai dan semua anak-anaknya berhasil juga ikut les privat.
Kerja sampingan bisa berlanjut tapi ragamnya bisa berbeda. Setelah cukup lama jadi guru dan tugas tambahan semakin banyak dari sekolah, saya tidak mungkin tetap meneruskan mengajar di kursus dan memberikan les privat.Â
Perlu juga memberikan kesempatan guru-guru muda agar terjadi regenerasi, nampaknya tidak etis jika guru senior masih mengajar privat dari rumah-rumah.Â
Kebetulan tahun 1990 Universitas Terbuka (UT) memberikan kesempatan kepada guru jurusan tertentu yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi tutor diploma III .Â
Pada saat itu pemerintah mengharuskan semua guru SMP memiliki ijazah diploma III. Mulai tahun 1990 setiap Sabtu dan Minggu saya perlu meluangkan waktu untuk mengajar para guru bahasa Inggris yang ingin mendapatkan ijazah D III.Â
Mengajar para teman-teman guru sangat menyenangkan karena saya dapat juga belajar dari mereka yang pengalaman mengajarnya lebih lama daripada saya.Â
Sebenarnya ilmu yang dimiliki para guru sebagai mahasiswa sudah cukup, sehingga saya hanya membimbing mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakan dan berdiskusi ketika ada soal-soal yang sulit.