Mohon tunggu...
paulus londo
paulus londo Mohon Tunggu... -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asmara Gelap di Tempat Kerja (11): Pada Dinda Kutemukan Cinta Putih

5 Januari 2012   17:13 Diperbarui: 3 November 2020   17:29 5242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Gambar oleh S. Hermann & F. Richter dari Pixabay )

Waktu menunjukkan pukul 16.30. Suasana kantor mulai sepi, tinggal beberapa orang rekan kerja tampak masih sibuk di meja masing-masing. Dinda, staf bagian keuangan juga juga sudah berbenah dan hendak meninggalkan meja kerjanya. 

Tapi, ia tidak berjalan menuju pintu keluar, melainkan mendekat ke mejaku, dan duduk di kursi kosong yang ada disampingku. “Mas, nanti kita pulang bareng, ya, “ kata Dinda. “Kalau mau bareng, tunggu sebentar, ya. 1 jam lagi kita jalan” jawabku. 

Jam 17.30 kami meninggalkan kantor, tidak langsung pulang ke rumah, tapi langsung ke suatu tempat biasa kami memadu cinta, setelah sebelumnya singgah sebentar ke toko buku.

Dinda, (27) seorang gadis cerdas, lincah dan enerjik. Ia lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di tanah air. Di kantor ia adalah termasuk kepercayaan bos. Sedangkan aku (48) –sebut saja “Johan” –di bidang  kerja di bagian perencanaan, bersebelahan ruang kerja dengan ruangan Dinda. 

Mulanya, hubungan kami hanya sebatas hubungan kerja. Tapi, sejak aku menemukan ponselnya yang tertinggal di toilet kantor, kami menjadi semakin akrab. Memang banyak yang berbeda diantara kami, termasuk usia yang terpaut jauh, tapi bukan halangan untuk berbagi suka dan duka. 

Kendati aku memiliki lebih dari selusin wanita TTM (teman tapi mesra), namun bagiku, Dinda paling istimewa. Padanya aku selalu curhat setiap kali menghadapi masalah. Dan aku merasakan keteduhan bila bersamanya. Menurut Dinda, ia juga merasakan hal yang sama.

Sudah hampir lebih dari 2 tahun hubungan kami, tak seorang pun rekan kerja mengetahuinya. Mungkin karena kami selalu menjaga image sebagai profesional di depan mereka. Pada hal setiap ada kesempatan selalu kami luangkan untuk memadu cinta, walau hanya sekilas.

Disatu kesempatan aku tanya kepada Dinda, apakah ia juga memiliki perasaan khusus seperti yang aku rasakan ? Dinda saat itu tidak langsung menjawab, hanya dengan senyuman ia menyatakan perasaan yang sama denganku. Meski bila berduaan kami saling membelai, dan sempat berciuman, namun kami tetap dapat mengendalikan diri, tidak melakukan hubungan badan.  

Hal ini pernah kami diskusikan secara tak sengaja saat kami berdua ditugaskan perusahaan di satu kota di Jawa Barat. Waktu itu aku sengaja datang kamar hotel tempat ia menginap untuk menanyakan materi bahan laporan yang akan disampaikan ke kantor melalui e-mail

Tapi, tanpa sadar kami justru terlibat dalam pembicaraan pribadi yang dari padanya aku mendapat pemahaman mendalam tentang makna cinta sejati (true love), yang bagi  Dinda,  itulah yang mendasari hubungan kami selama ini.

Kepada Dinda, aku katakan, meski  gelora syahwat sudah naik ke ubun-ubun, aku berusaha tak akan melakukan sesuatu yang melanggar norma hukum dan agama. Ini  demi kemurnian cintaku padamu. 

“Cintaku murni, Dinda, rasa cinta yang tidak pernah kualami sebelumnya. Hanya olehmu aku mengenal apa itu cinta,” kataku seraya menggenggam tangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun