Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Kartini dan Sepinya Slogan "Aku Kartini"

21 April 2021   20:10 Diperbarui: 21 April 2021   20:10 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panggil Aku Kartini Saja (Kompas.com)

Mari kita mengenang sejenak peringatan Hari Kartini tahun lalu. 21 April 2020. Beberapa hari sebelum hingga hari H,  jagat raya Indonesia disemarakkan dengan slogan "Aku Katini". Para wanita Indonesia dengan percaya diri menyebut dirinya  "Aku Kartini!Aku Kartini" sambil mengacungkan jempol ke depan atau menharah ke dadanya. Menariknya, pernyataan itu bukan hanya diucapkan oleh wanita-wanita dewasa, tetapi juga oleh wanita-wanita remaja bahkan anak seumuran TK. (Bisa baca di sini: Ramai-Ramai Menyebut Diri " Aku Akrtini").

Aku Kartini Dalam Konteks

Bagi saya, semaraknya slogan "Aku Kartini" tidak terlepas dari konteks saat itu. Konteks di mana bangsa kita mulai berjuang melawan penyebaran Covid-19. Ketika itu para tenaga medis, dokter dan perawat wanita berada di garda terdepan membantu sesama yang sedang terpapar virus mematikan ini. Mereka mengorbankan keluarga, meninggalkan suami dan anak-anak serta sanak saudara demi menyelamatkan nyawa sesamanya. Para wanita pejuang ini  diidentifikasi sebagai Kartini-Kartini masa kini. 

Di sisi lain, Di sisi lain, dengan menyebut diri "Aku Kartini", para wanita hendak memberikan dukungan; membangkitkan semangat para wanita medis 

Aku Kartini sebagai Kepribadian Bangsa

Sayangnya, slogan "Aku Kartini" sepi dalam peringatan Hari Kartini tahun ini. Terlepas dari persoalan sadar-tidaknya para wanita menyebut dirinya seperti itu tahun lalu, slogan "Aku Kartini" sudah saatnya  mendapat perhatian kita bersama, perhatian bangsa. 

Slogan ini hendaknya menjadi slogan nasional tahunan. Slogan ini selalu didengungkan oleh segenap wanita Indonesia pada setiap kali peringatan Hari Kartini. Bukankah sesuatu itu terjadi karena pembiasaan? Berikut beberapa pikiran yang mendasari "Aku Kartini" menjadi slogan nasional.

  1. Menyadarkan kita bahwa tindakan-tindakan yang merendahkan harkat dan martabat wanita seperti kekerasan dan pencabulan menghambat lahirnya Kartini-Kartini baru di seluruh pelosok negeri ini.

  2. Kebodohan kaum wanita sebagai akibat dari kemiskinan tentu menghambat lahirnya Kartini-Kartini baru di masa yang akan datang.

  3. Melalui slogan berskala nasional, menjadi indikasi bahwa negara hadir dalam membangun karakter bangsa, khususnya karakter wanita Indonesia sebagai mana diteladankan oleh Pahlawan Bangsa, Raden Ajeng Kartini.

Penutup

Merayakan Hari Kartini bukan sekadar seremoni bangsa. Hari Kartini menjadi momentum bangsa Indonesia, khususnya kaum wanita dalam menghayati dan meneladani karakter Raden Ajeng Kartini. Slogan "Aku Kartini" perlu dihidupkan sebagai slogan nasional sebagai suatu usaha sadar dalam melahirkan Kartini-Kartini baru. Untuk itu, slogan ini perlu dikumandangkan oleh kaum wanita Indonesia setiap kali memperingati Hari Kartini.

Jakarta, 210421

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun