Kesepian telah membelenggu keceriaan yang  panjang, sambil mengitung hari, sudah puluhan kali matahari melewati ubun kepala.
Dalam kamar yang jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk, kesunyian pun tak henti-hentinya mengurai kebekuan canda ria, gelak tawa dan ocehan-ocehan dari insan-insan yang saling mencinta.Â
Tapi, kebekuan mesti dicairkan karena kebekuan bakal mempertebal kekecewaan dan putus asa. Melemahkan daya yang mestinya ditabung untuk berperang  melumpuhkan virus corona yang menggerogoti diri.
Tidak ada yang lain, selain berteman dengan kamar, dengan ranjang, dengan bantal. Bahkan nenerima mereka sebagai teman yang mendewasakan nalar, mengasah asa dan akal budi.
Kamar ini bagai bulan yang terbit dalam kegelapan yang telah merambah dalam kemalasan dan tipu daya dunia. Ia adalah terang untuk membekukan rasa bahwa isolasi bukanlah waktu untuk meratapi penderitaan. Ia harus menjelma menjadi bara api yang menerangi hati. Hati yang telah mengagungkan keperkasaan diri, tergiur dengan cita rasa lidah dan tenggorokan sehingga memanjakan nurani untuk tegak di hadapan Pemberi Segala.
Kamar ini adalah bulan yang tak pernah malas membisikan dengan lembut "Sudah berdoakah Saudaraku?". Dialah yang telah membuat sirnah ketegaran bahwa Tuhan hanya ditemukan dalam kesenangan dan keberuntungan.
Kamar ini telah menyuburkan kembali kepasrahan dan ketergantungan kepada Dia yang Alfa dan Omega.
Jakarta, 2309020