Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Meski Hanyalah Debu

21 September 2020   11:50 Diperbarui: 21 September 2020   11:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debu di Kakimu, Sebuah Ilustrasi (bayuop.wordpress.com)

Adamu hanyalah debu di telapak kakinya yang berteriak mohon belas kasihan ketika segalanya tenggelam dalam ketakberdayaan.

Kausandingkan dalam kepastikan.

Seteruku membeku, dan lihatlah istanamu dibanjiri massa dengan sorak-sorak serak yang kehilangan jati diri karena berselimut rasa tidak percaya, lalu menggantungkan kepercayaan ke lidahmu.

Adamu hanyalah debu di telapak kakinya.

Masihkah sanggupkah kausandingkan dirimu ketika sirna kekuatanmu, membujur tanpa daya, menggerogoti kebohongan yang telanjur membengkak menahun dalam hasrat memeluk gunungmu?

Adamu hanyalah debu.

Debu yang mestinya mendendangkan pax et bonum, damai dan kebaikan agar kakinya maha segala menyuburkan hidupmu.

 (Jakarta, 20/3/2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun