Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Meski Hanyalah Debu

21 September 2020   11:50 Diperbarui: 21 September 2020   11:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debu di Kakimu, Sebuah Ilustrasi (bayuop.wordpress.com)

Adamu hanyalah debu menempel di telapak kakinya yang kokoh kekar menopang jagat raya.

Tapi kau sandingkan.

Merangkai kata, menghiasi kemilau bijak para sesepuh sejarah yang terukir dalam kitab-kitab agar melicinkan rasa dan memuluskan nalarmu.

Adamu hanyalah debu melekat di telapak kakinya ketika sekali melangkah dirimu lumat bagai adonan kue.

Tapi kausandingkan.

Kau angkat tinggi-tinggi mulutmu; melambung ke langit kepalamu. Berayun-ayun di atas mimbar, bertengger pada layar kaca karena telah dihiasi mahkota Sang Khalik, selendang Malaikat bahkan memandikan diri dengan ayat-ayat suci lalu menyembur ke segenap jagat buat memandulkan dada, memandulkan politikus dan hati-hati bijak yang tengah memperjuangkan kebenaran.

Adamu hanyalah debu tersangkut di telapak kakinya yang sekali dikibas ragamu terbang melayang hingga lenyap ditelan jagat.

Tapi kausandingkan.

Kaulemparkan mulut dan kepalamu menembusi dada-dada, menembusi rumah ibadah, menembusi lapangan lapang, menembusi rumah makan.

Biar tersedot dalam ambisimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun