Ia satu:
Tidak berubah oleh rasa dan waktu, karena Ia adalah iman, Â Asal segala ada.
 Tapi, lihatlah!
Wabah ini telah menyelinap menyusur kehidupan segala. Begitu gampangnya engkau berpindah lalu melekat goyah karena tersiram aroma: politik, karier, jabatan, dan nama.
Kami telah tergoda
Terbelenggu oleh rasa.
Kehilangan jati diri bahwa Tuhan kami Esa. Ia hadir dalam keragaman. Dalam keragaman itulah kami mestinya bertekun dalam suka dan duka, menyuburkan badan ini sehingga memancarkan keteduhan dan kedamaian seperti mata air pegunungan.
Jakarta, 0809020