Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanpa Ini Jangan Panggil Aku Guru

29 Juni 2020   12:18 Diperbarui: 29 Juni 2020   12:18 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan Kompetensi Guru SMA (Dokpri)

Guru menurut UU No. 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Itulah peran guru yang sesungguhnya. Teoretis, memang!

Karena begitu besar dan luasnya peran tersebut, permasalahan pendidikan di Indonesia seringkali menjadikan guru sebagai penyebabnya. Guru dipandang sebagai salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Guru seringkali menuntut kesejahteraannya tanpa memperhatikan kualitas dirinya, dan beragam tudingan miring lainnya.

Guru dalam Realitas

Bagaimana bangsa ini mengharapkan pendidikan yang berkualitas; mengharapkan lulusan yang menguasai beragam kompetensi yang mampu bersaing di lapangan kerja apabila selama di bangku sekolah, anak didik diajari oleh guru yang bukan guru. Ya, diajari oleh guru yang bukan guru.

Pernyataan di atas sangat menggelitik. Mengapa? Menjadi guru zaman sekarang sangat mudah. Mau bukti? Mari kita turun ke sekolah-sekolah, khususnya sekolah swasta, dari Sabang sampai Merauke. Kita akan mendapati begitu banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 

Seorang guru PKN dengan latar belakang pendidikan Ekonomi. Seorang guru Sosiologi dengan latar belakang pendidikan Bahasa Indonesia. Seorang guru Bahasa Inggris dengan latar belakang Filsafat. Dan masih banyak lagi.

Dengan begitu, bisa kita bayangkan, seberapa banyak kompetensi yang dikuasai peserta didik sementara gurunya sendiri tidak menguasai kompetensi tersebut. Ia hanya mampu menerapkan pengetahuan resep yang dimilikinya. Tidak mengherankan, guru-guru seperti ini oleh anak didik diberi nama guru tutorial.

 Guru yang hanya menyajikan bahan-bahan berupa tutorial yang didapatnya dari internet. Siswa dibiarkannya mempelajarinya sendiri tanpa penjelasan. Di samping itu, ia hanya menugaskan siswa untuk mencatat bahan dari buku atau sumber tertulis lain.

Oleh karena itu, tuntutan mutlak menjadi seorang guru adalah mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan. Namun, menjadi guru sesuai dengan latar belakang pendidikan pun belumlah cukup. Jika ini yang menjadi patokan, belum menjamin bahwa ia akan menjadi guru yang profesional.

Panggilan Hidup

Apa pun agama seseorang, kita hendaknya menyadari bahwa kita telah dipanggil Allah untuk menjadi mitra-Nya dalam menciptakan dan melestarikan kehidupan. Memang, kita mungkin bertanya, kapan saya telah dipanggil Allah? Allah tidak pernah memanggil manusia secara langsung untuk mengemban tugas tertentu di dunia nyata sekarang ini. Hanya dalam kitab suci Allah terang-terangan memanggil dan mengutus seseorang. Sebagai contoh panggilan Nabi Samuel, dan Nabi Musa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun