[HumPol] 9 Alasan Pak Beye Memilih Kuda
Edisi humor di antara kesulitan login dan masuk ke dunia K. Memang dalam kondisi perbaikan jadi memang bisa dimengerti, ini hanya untuk mendinginkan suasana yang makin hangat dan malah makin panas.
Mengapa Pak Beye memilih menggunakan istilah Lebaran Kuda, ini sekali lagi kata Pak Beye, jangan nanti ada yang mengatakan saya sara atau mengahokan saya {geer dikit....kan namanya humor}. Padahal beliau pernah mengatakan jangan bawa-bawa hewan, kasihan dan tidak sepatutnya.
Pertama, tidak bisa dimintai klarifikasi, coba kemarin Pak Jokowi menyebut ditunggangi aktor politis, langsung politikus yang punya bisul langsung meradang dan minta dibuktikan. Si kudapun tidak ada yang bisa dimintai pertanggungjawaban. Pak Beye aman tidak dituntut di kuda dengan pasal pencemaran nama baik. Jadi aman alasannya.
Kedua, ada istilah kuda hitam. Artinya, tanpa disangka dan dihitung akan bisa bersaing eh malah ditikungan terakhir langsung melaju dan menang. Pak Beye tahu kalau puteranya sang pangeran Cikeas tidak begitu diunggulkan selama ini, nah dengan mengambil kuda, bisa jadi kuda hitam dan menjadi jawara di pemilu kada nanti. Jadi kuda hitam.
Ketiga, ada istilah kuda troya, di mana mengalahkan musuh itu tidak mesti dengan terbuka dan tanpa perhitungan. Ada yang namanya siasat, di mana memasukkan musuh ke dalam benteng lawan dalam bentuk kuda yang diisi prajurit. Pertempuran itu perlu siasat.Pak Beye sedang memainkan tak tik agar bisa membawa puteranya jadi pemenang di pilkada mendatang.
Keempat, ada istilah tenaga kuda. Mesin itu sebagai ukuran kekuatan menggunakan ukuran tenaga kuda. Mengapa? Karena memang kuda itu dianggap dan dinilai sebagai hewan yang paling kuat dan tahan. Kan lucu jika menggunakan istilah lebaran keledai, yang identik dengan lemah dan bodoh. Artinya ada kekuatan di dalam jagoannya.
Kelima, mengapa bukan kerbau, kan juga kuat dan sangat setia? Kan malu, dulu marah kog ada demo dengan kerbau dan mengeluarkan larangan demo membawa binatang. Sebenarnya kerbau itu bisa melambangkan kekuatan, kesetiaan, kerbau itu kandangnya ala kadar saja tidak pergi. Menggembalakan tidak mudah, saking lekatnya dengan gembalanya. Engganberkaitan dengan yang satu ini. Kebo gak akan masuk pilihan.
Keenam, mengapa bukan banteng? Kan milik properti Bu Mega, yang ada dalam daftar merah untuk dijaga jaraknya. Mosok mau pakai lambang milik “rival”, gak paten nantinya. Sungkan,alasannya milik lawan politik.
Ketujuh, mengapa tidak merpati. Wah ini sih susah kan jelas lambang ketulusan, kesetiaan, atau mememang jauh dari ini, maka tidak dipakai? Ah bukan, karena terlalu feminin, gak suka lah, badan tinggi besar, gagah, mau pakai lambang sebentuk melankolik dan feminism begitu. Gak cocok.
Kedelapan, mengapa bukan garuda? Selain tidak mau melecehkan lambang negara, juga tidak mau menggunakan lambang milik rivalnya Gerindra. Lha nanti kalau jadi trend kan malah Gerindra yang melaju, kuda kan sama sekali belum di pakai, selain Ferari, toh bukan rival.