Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film “33”, Lapindo, Pengusaha, Politikus, atau Hati Nurani

1 Februari 2016   07:54 Diperbarui: 1 Februari 2016   08:01 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menyaksikan film33” jadi langusung berfikir mengenai Lapindo, ada pungusaha, politikus, pejabat, ahli, dan tentu saja korban langsung dan keluarganya yang penuh penantian dan harapan. Konflik kepentingan dan memilih antara nurani humanis dan tentunya realitas dana.

Kisah nyata mengenai 33 pekerja tambang yang terjebak di bawah tanah selama dua bulan dengan segala keterbatasannya. Tangga darurat yang ternyata hanya di atas kertas, legalitas atas izin, makanan yang katanya bisa untuk tiga bulan dan hanya tiga hari, dan keadaan tanah tambah yang labil namun selalu didengungkan sebagai aman dan tidak masalah.

Sikap pemerintah yang “berat” untuk memberikan bantuan, karena perusahaan swasta, sangat bisa dimengerti, berbeda dengan menteri pertambangan yang memilih berbeda dengan pendekatan nurani humanioranya.

Beberapa hal yang menarik bagi saya,

Pertama, nurani. Bagaimana menteri datang, melihat, dan akhirnya berkantor di sana. Mendirikan “perkampungan” untuk keluarga korban, sekolah bagi anak-anak, padahal sejak awal presiden tentu keberatan dengan beban dana, politik, dan kondisi pertambangan yang memang sangat labil. Pilihan menteri untuk datang dan melihat memberikan hasil yang berbeda. Intuisinya sering berbicara dan menemukan hasil, jelas pada saat kritis dan semua frustasi menemukan kesalahan yang harus diambil, dan itu jalan keluar dan berhasil.

Insinyur. Sebagai seorang teknisi wajar ketika secara teknis dan keilmuan sudah usai, tidak ada lagi kemungkinan, ters terang dan mengatakan selesai, dan 33 orang terkubur. Nuraninya terusikk ketika melihat mata harapan dan frustasi sekaligus dalam keluarga korban itu ada di depan matanya. Pilihan untuk melanjutkan dengan berbagai cara.

Keluarga. Meskipun sangat subyektif dan sering tidak masuk akal, namun memberikan kekuatan dan dukungan moral yang tinggi, yang akhirnya membuat pemerintah mau melanjutkan tindakan yang sepertinya sia-sia. Dari penjuru dunia mendukung dengan berbagai cara masing-masing.

Kedua, persaudaraan. Terlihat di dalam akhir film, mereka menjadi saudara membuktikan ketika susah dan di ambang maut mereka bisa berbagi berkat yang ada, dengan makanan yang hanya untuk sekejap kehidupan, namun mereka tidak berpikir keakuan sendiri dan berbagi dalam sangat keterbatasan. Kue secuil, air seteguk, dan makanan sesendok. Melepaskan kepentingan sendiri dan egoisme sesaat demi kebersamaan. Bisa saja memilih ada yang dikorbankan dan dijadikan santapan, atas nama demi mayoritas, namun mereka tidak memilih itu. Bercanda dan saling menciptakan hiburan demi melupakan “kematian” yang sudah ada di depan mata, dengan demikian, tentu saja menjadi lebih ringan beban yang ada.

Ketiga, iman. Timbul lagi ketika hidup sudah tidak ada harapan, yang kemarin bermusuhan akhirnya menjadi teman, sikap positif timbul dan saling melindungi. Percaya kepada Tuhan dalam segala bentuknya. Penyesalan dan pertobatan sejati yang hadir dalam peristiwa yang sangat mengenaskan.

Keempat, peneguhan dan dukungan. Perselisihan diselesaikan dengan cerdas. Tidak ada perebutan yang berlebihan yang tidak memantu selain menjadikan keadaan lebih buruk. Luar biasa saling meneguhkan bukan melemahkan dan memberikan kekuatan satu sama lain. Menyalahkan dan menuduh bukan pilihan mereka yang justru membawa mereka dapat bertahan dan hingga bisa kembali dengan utuh. Saling mendukung dan meneguhkan ketika rekan sudah putus asa.

Kelima, akur dan mau mendengarkan. Sikap luar biasa bagaimana mereka akur dan mendengarkan. Bukan menyalahkan dan bertikai dengan berbagai alasan yang sering tidak produktif. Bahwa itu flim bukan sesungguhnya yang terjadi sepenuhnya, namun gambaran perselisihan hanya sedikit dan lebih banyak saling membantu memberikan efek pembelajaran banyak bagi pemirsa dan tentu yang tidak mengalami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun