Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Djoko dan Soesila Berteman Baik

16 Februari 2017   06:16 Diperbarui: 16 Februari 2017   07:41 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua anak berteman baik ini, meski tidak bisa dikatakan karib, namun cukup baik lah. Memang mereka beda generasi dan beda latar belakang. Sangat berbeda, namun sama-sama populer di muka teman-teman sepermainannya. Sebagai anak cowok, wajar saja kalau bermain di kali, di sawah, main kelereng, bola, dan panjang pohon, dan kadang juga nyolong buah tetangga. Tidak ada yang aneh dan luar biasa, kenakalan pun wajar sebagai anak-anak, tidak ada yang mengeluhkan.

Keduanya, memiliki keunikan yang bertolak belakang. Djoko badannya kecil, pendiam, dan tekun dalam banyak hal. Beda dengan Soesila yang badannya besar, kalau bermain ataupun belajar sangat lama, tidak heran nilainya bagus. Persamaan keduanya selain populer di antara teman-temannya, mereka selalu memenangkan aneka permainan, baik tunggal ataupun beregu.

Mereka ini awalnya tidak satu kampung, bahkan dari daerah lain yang kemudian hidup di satu desa karena tuntutan nasib keluarga mereka. Soesila anak ki lurah yang sangat bersih, jarang main di tempat anak lain bermain. Memang bermain hanya saja tidak sebebas rekan-rekannya. Ke sawah atau panjat pohon iya, hanya saja kadang kala, sepanjang orang tuanya sedang keluar desa sehingga tidak akan kena marah. Kesempatan juga kadang ambil mangga milik tetangga atau ambil ketela dan dibakar ramai-ramai.

Djaka hidup di kampung itu karena bapaknya kena PHK dan harus pulang ke tanah dari kakeknya yang puluhan tahun sudah tidak pernah lagi diurus. Dan inilah awal dari perubahan sikap dan perilaku Soesila. Awalnya lebih banyak diam, banyak pertimbangan dan mikir, tiba-tiba berubah setiap pulang ke rumah baik dari sekolah atau dari bermain pasti marah-marah tidak jelas. Tidak akan marah ke ibu dan bapaknya, mau tidak mau inang pengasuhnya yang menjadi pelampiasan. Awalnya hanya cemberut dan mengucir bibirnya, lama-lama makin menjadi, melempar sepatu yang usai dibuka, tas sekolah ke sembarang tempat. Padahal dulu mana melempar, menaruh miring sedikit saja akan dibenarkan. Hal ini membuat prihatin bibi pengasuh.

Anak-anak kampung menerima dengan tangan terbuka kehadiran Djaka. Ia supel, kalau bermain apa saja mau, main lumpur dengan kerbau ayo, main di sungai jalan, lempar jambu di kebun dekat kuburan di jalani. Apapun pokoknya dilakukan bersama rekan-rekannya. Anak-anak lebih dekat dan tiap pulang sekolah selalu saja membuat rencana main dengan Djaka. Soesila sebagai jagoan di kampung selama ini merasa tersisih. Susah mengajak Soesila ke kebun jambu dekat kuburan. Beda kalau main bola, congklak, kelereng, dan aneka macam mainan yang dekat rumah akan dijalani. Sebenarnya Djaka sendiri juga jago main itu semua. Lebih menyenangkan anak-anak adalah petualangan yang selama ini mereka tidak pernah dijalani bersama Soesila. Tahu sendiri anak sukanya tantangan.

Ternyata ini yang membuat Soesila jadi sensi. Tiba-tiba saja ia cerita ke bibi, katanya “Bi, Djaka jahat, semua temanku dibajaknya. Aku bukannya kalah, hanya saja ia curang, ngajak ke kuburan, kan gak boleh ya Bi?”

Bibi tahu, bahwa si bagus sedang gundah biasa anak-anak cemburu kalau ada teman baru yang lebih punya banyak teman. Ia hibur dengan bahasa yang ia pahami, “Gus, bagus kan pinter main bola, congklak, dan sebagainya, napa juga khawatir hanya karena tidak suka ke kuburan?”

“La, La, ayo main bola....” teriak anak-anak.

“Ogah, aku mau belajar....”jawab Soesila sedikit emosi dan kasar. Bibi mengelus dadanya karena melihat asuhannya berubah begitu drastis.

“Gus, sana buktikan kalau bagus bisa, Bibi yakin Bagus menang nanti...”

“Ayo, ajak teman baru kalian itu, aku mau bertanding dengannya...” sambil lari mengejar teman-temannya ia ketus sekali menantang sepak bola si Djaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun