Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Batik, Wayang, Reog, Pernah Diklaim Malaysia, Kini Jokowi Pun Diingini

16 Oktober 2016   11:18 Diperbarui: 16 Oktober 2016   11:31 3715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Edisi guyon saja, tidak perlu serius. Malaysia memang gemar mengaku, mengklaim, atau merasa bahwa beberapa budaya, kuliner, atau karya seni khas Indonesia sebagai miliknya. Bagaimana dulu batik diklaim miliknya, akhirnya Indonesia heboh dan mengenakan dalam hari tertentu dan ada hari batik.

Kemarin, pas Jokowi sidak ke Kemenhub karena adanya OTT pungli di sana, ternyata netizen Malaysia “iri” melihat pemimpinnya tidak sama dengan Jokowi, mereka ingin PM seperti Jokowi. Tidak heran ada yang menulis kalau Jokowi datang untuk memberantas korupsi, beda dengan pemimpin Malaysia yang malah menyembunyikan pelaku korupsi.

Lha dalah, memang nabi tidak pernah dihargai di kampung sendiri, tukang sunat tidak bisa memotong penisnya sendiri, dan tukang pijat tidak akan pernah bisa memijit tangannya yang keseleo. Apa yang terjadi di sini sebaliknya, bahkan sekelah pimpinan dewan malah meledek dan mengatakan buat apa Jokowi datang ke tempat korupsi recehan.

Jangan nanti teriak bak kebakaran jenggot kala ada yang mau minta Jokowi ke Malaysia, atau orang Malaysia terutama netizen Malaysia sudah dibeli Jokowi pula? Ditunggu komentar dari duet maut Kura-Kura Hijau kurang kerjaan FF yang selalu saja miring dan minir melihat kinerja Jokowi, anehnya ia masih juga nyaman di bawah kepemimpinan Jokowi.

Korupsi itu bukan soal besaran nilainya. Heran mengapa mulai OTT ketua DPP, dilanjut OTT di Kemenhub, didengungkan soal recehan, dan orang yang sama dulu paling lantang meminta pembubaran KPK. Ini ada juga OTT di Kebumen akan dikatan recehan lagi. Ini bukan soal salam paham tapi paham yang salah. Sekali lagi korupsi itu bukan soal besar kecilnya, namun memang niatnya sudah buruk. Soal besar kecil itu nanti pada hukumannya namun sikap melihat sebagai penghianat bangsa sama saja. Kecil kalau semua korup ya tetap saja akan meruntuhkan bangunan. Rayap itu sangat kecil lho, daya rusaknya tidak ada bedanya dengan gajah.

Kebanggaan akan pemimpin paling tidak respek atas kinerja meskipun dulu berseberangan kala pilpres perlu dibangun. Kesiapan kalah masih minim dimiliki politikus model ini. isinya bukan kritik tapi soal asal berbeda. Pokoknya salah dan tidak ada yang benar. Perlu belajar untuk hormat dan menghargai pemimpin, jangan marah nanti jika bangsa lain lebih ikut-ikutan merendahkan. Bagaimana bangsa lain respek jika bangsa sendiri meremehkan bukan?

Kebiasaan dan tabiat buruk adalah abai akan keberadaannya, ketika tetangga merasa lebih menghargai marah, meradang, dan meluapkan kekesalan dengan berlebihan. Ini bukan sekali dua kali, berkali-kali. Wayang, reog, batik, dan sebagainya. Padahal sebelum itu lebih memilih mengenakan jeans, jas, atau produk import lainnya. ketika Malaysia mengakui batik marah dan berlomba-lomba semua pakai batik. Wayang juga, mana ada yang peduli, lebih ramai konser atau band yang tampil sedangkan wayang hanya ditonton orang tua-tua. Llihat saja di K ini beberapa saja yang nulis soal wayang, namun musik internasional, atau yang lain banyak banget. Kemarahan berlebihan dipertontonkan kala lagi-lagi Malaysia menohok dengan pengakuannya.

Salah kita sendiri yang bangga akan apa yang bau luar, baik Barat, Arab, atau Timur Jauh. Mengapa demikian? Sikap mental kita sendiri yang lemah. Karakter macam apa yang mau dibangun tidak ada. Akibatnya apa?

Lebih suka mencela tanpa berbuat. Luar biasanya bangsa ini dalam kebiasaan ini. Lihat saja di medsos, K membagikan judul artikel, sudah banyak yang membully, jelas saja tanpa isi. Dan tabiat yang sama dipertontonkan elit yang membully pejabat yang tidak sama pilihan politiknya. Kepentingannya terganggu.

Jangan heran hasutan itu mudah tumbuh. Ingat bukan bangsa ini yang mengasut namun pendatang. Lihat dari akar rumput hidup bertetangga. Kisruh biasanya diawali kedatangan orang luar yang tidak tahu kebiasaan adat istiadat, dan merasa lebih baik dan mengubah tatanan yang ada. Ribut terjadi. Sekian lama hidup rukun kog, tiba-tiba ramai. Hal ini bisa dicek di mana-mana.

Sikap kritis atas apapun yang berbau luar. Belum tentu itu baik dan pas diterapkan di sini. Contoh kaca mata hitam. Karena tidak tahu mengapa pakai kacamata hitam, silau salju atau matahari terik, eh pas di sini malam pun pakai itu. Contoh kecil meniru yang tidak pada tempatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun