Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa AHY Ditinggal Sendirian?

1 September 2023   09:24 Diperbarui: 1 September 2023   09:37 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa AHY-Demokrat Ditinggal Sendirian?

Surya Paloh hampir setahun lalu mendeklarasikan Anies Baswedan untuk menjadi bakal calon presiden. Ia perlu  menggandeng dua partai lain untuk bisa membawa calonnya naik ke pentas pilpres. Ada Demokrat dan PKS, cukup memenuhi ambang batas.

Dinamika sepanjang tahun ternyata tidak bisa menyatukan ketiganya dalam satu kata, nama bacawapres. Demokrat dan AHY paling getol untuk menjadi pasangan dari mantan  gubernur itu. Toh suka atau tidak, penolakan dengan halus ataupun keras sering terdengar.

Mbulet dengan aneka bentuk dan cara dilakukan.  Ultimatum dari partai mersi jika Juni akhir tidak dideklarasikan, mereka akan mengadakan evaluasi juga tidak didengar dengan serius oleh rekan-rekan koalisi mereka.

Eh malah pada akhir Agustus, atau dua bulan  penuh usai deadline mereka, malah ada manuver dari kubu sebelah, di mana Prabowo bersama rekan barunya membentuk Koalisi Indonesia Maju. Muhaimin atau Cak Imin alis Gus Muhaimin yang bersama-sama dengan Prabowo membuat Koalisi Kebangkitan Raya yang hampir setahun berdua itu merasa ditinggalkan. Wajar, meskipun namanya politik itu kepentingan, toh baper yo wajar.

Langsung bergerak, ingat PKB itu punya posisi yang cukup kuat, perolehan suara mereka cukup signifikan.  Bertemulah dengan Surya Paloh, dan dijadikanlah Gus Muhaimin menjadi bakal calon wakil presiden.  Siapa yang  paling jengkel? Demokrat-AHY dalam hal ini.

Bisa dimengerti, namun mengapa  AHY dan dalam hal ini Demokrat seolah ditinggal sendiri?

Pertama. Nama AHY tidak cukup membantu bagi Anies Baswedan untuk bisa menaikkan posisi tawar dan elektabilitas sebagai pasangan. Kecenderungan pemilih mereka berdua pada irisan yang sama.  Posisi Muhaimin berbeda, dan itu yang diperlukan oleh Surya Paloh.

Kedua, perilaku AHY dan elit mereka cenderung oposan kasar, yang ternyata tidak cukup berdampak baik. Mereka tentu paham dengan polah dan perilaku Prabowo yang menempel terus dengan Jokowi dan perilaku Jokowi. Lihat saja nama koalisinya saja sama persis.  Posisi dalam survey-survey sangat signifikan. Sangat membantu bukan malah merontokkan.

Ketiga, keinginan AHY yang   demikian getol tidak diikuti dengan pemasangan baliho bersama dengan Anies Baswedan. Ini mirip dengan Nasdem, namun berbeda dengan pemasangan bacaleg dan spanduk PKS. Sangat mungkin koalisi berpikir dua kali mengenai keseriusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun