Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rambut Putih dan Politik Jokowi

27 November 2022   15:13 Diperbarui: 27 November 2022   15:20 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si rambut putih: Tempo.co

Politik Rambut Putih Jokowi

Riuh rendah soal pilpres 24 makin asyik. Jokowi turun terjun dalam teka-teki ke mana ia akan mengarahkan dukungan. Para relawan dan organ yang mendukungnya menjadi presiden dua periode masih penasaran dengan bahasa kiasan dan simbol yang Jokowi lontarkan.

Beberapa waktu lalu, ketika bersama Prabowo, presiden yang pernah juga menjabat walikota ini mengatakan, nanti, 24 jatahkan Pak Prabowo menjadi presiden. Sontak, pemberitaan dan pembicaraan media arus utama ataupun media sosial mengatakan Jokowi mendukung Prabowo ntuk meneruskan apa yang telah dimulainya.

Analisis dan prediksi pasangannya adalah Ganjar Pranowo, sebagai  kandidat yang sama kuatnya dalam rilis survey-survey. Ada pula yang mengatakan akan berpasangan dengan Puan Maharani sebagai pemilik partai pemenang pemilu di periode lalu.

Dasar yang publik nyatakan adalah demi keberlangsungan pembangunan IKN dan proyek-proyek Jokowi yang telah dicanangkan bisa terlaksana terus.      Masih wajar saja. Boleh menganalisis dan menerka-nerka ke mana angin politik itu. Asyik bukan  demokrasi itu?

Kemarin, ayah walikota Solo ini memberikan pernyataan dengan mengambil simbol rambut putih. Lagi-lagi pada menyoal ini adalah Ganjar Pranowo yang memang berambut putih. Konteksnya adalahh orang yang memikirkan negara itu penuh keriput wajahnya dan   rambutnya cepat menjadi putih karena banyak mikir, tegang, dan tertekan memikirkan bangsa dan negara.

Publik juga paham, bahwa Jokowi itu penuh dengan bahasa simbol dan sering menggunakan kiasan dalam menyikapi atau menjawab persoalan politik. Berangkat dari situ sering masyarakat menyebut langkah politik itu laiknya langkah kuda dalam permainan catur. Susah ditebak karena penggunaan simbol dan kiasan.

Rambut putih atau Pak Prabowo jatahnya nanti sebenarnya bukan barang baru. Ketika 2019  menjelang, ketua-ketua umum parpol pengusung dan pendukung pada caper dan carmuk siapa tahu akan digandeng dan dijadikan pasangan untuk maju dalam gelaran pilpres waktu itu.

Presiden yang terlihat akan meninggalkan JK, dan juga batasan dua periode  membuat peluang ketum partai makin kuat dan terbuka. Ada Airlangga Hartarto, Romi, dan juga yang paling getol dan sudah pasang baliho, Cak Imin. Semua wajar mengharapkan jabatan itu, ada alasan jelas juga dengan keberadaan partai yang sangat mungkin memberikan suara dan berharap terpilih tentu saja.

Pada waktu itu, presiden ketujuh ini "menggilir" ketua umum partai itu untuk ada kebersamaan dengannya. Kalau tidak salah ingat, Cak Imin diajak menjajal kereta cepat. Ketua umum Golkar terlihat lari pagi bareng, dan Romi bersama-sama dalam sebuah acara. Toh mereka semua tidak menjadi calon apalagi wakil presiden.

Romi malah masuk bui seusai itu. Sama sekali jauh     dari Amin Makruf bukan? Itulah politik, asyik bukan?

Kini, hal yang sama terjadi. menghitung, mana yang akan menarik bagi masyarakat. Siapa yang   menjawab kebutuhan masyarakat.  Tentu saja masih akan ada yang disebut-sebut presiden dua periode yang tidak akan bisa maju lagi itu.

Menantikan siapa yang akan disenggol lagi oleh mantan Gubernur Jakarta itu, untuk meramainkan gelaran pilpres 24 nanti. Pekerjaan negara masih begitu banyak, tidak sekadar menjadi presiden duduk dan memerintah, namun memikirkan begitu ruwetnya soal negeri ini.

Korupsi masih begitu tinggi, tanpa malu-malu. Mafia di mana-mana menjerat langkah maju anak bangsa. Aksi radikal dan intoleran masih demikian marak. Tidak berkurang malah seolah menjadi. Tanpa malu-malu menjual identitas picik dan menindas pihak lain tanpa merasa bersalah.

Anak negeri ini kalau mau mencari yang cerdas sangat banyak. Masalahnya yang mau bekerja bagi bangsa dan negara dengan landasan Pancasila, tidak tamak dan suka maling demikian langka.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun