Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Roy Suryo, Borobudur Superprioritas, Bukan Olok-olok

16 Juli 2022   20:46 Diperbarui: 16 Juli 2022   21:02 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roy Suryo, Borobudur  Superprioritas, Bukan Olok-olokan

Pemerintah menetapkan kawasan Borobudur dengan pusatnya Candi Borobudur sebagai sebuah program superprioritas. Penataan menyeluruh, keindahan, sarana prasarana, dan termasuk dukungan dunia digital di sana. Salah satu garapan jatah Kominfo adalah penataan tower yang ada.

Johnny Plate meninjau keberadaan tower di radius lima kilometer dari Candi Borobudur ada 22 menara. Ketinggian yang diharapkan adalah pada ketinggian 283 meter di atas permukaan laut. Ketingguan itu sama dengan latar Arupadhatu Candi Borobudur.

Keberadaan Candi Borobudur, bukan semata milik negeri ini. Warisan dunia yang juga memberikan bukti bahwa negeri ini pernah memiliki budaya sangat tinggi. Ilmu arsitektur, sipil, seni pahat, dan sampai saat ini belum bisa memahami bagaimana bangunan semegah itu bisa berdiri ribuan tahun.  Hanya sebuah prediksi bahwa itu batuan yang disusun dari material  vulkanik  hasil erupsi gunung Merapi.

Bagaimana mengangkat ratusan kilogram batu berjumlah ribuan keping dan menyusunnya menjadi bangunan seindah dan semegah itu. Fakta  ilmu modern belum bisa memecahkannya.

Eh malah sama orang yang bergelar kanjeng raden menjadi bahan olok-olokan dengan menayangkan ulang dari meme ledekan stupa yang mirip wajah presiden Jokowi. Dalih dan berkelit yang berkebalikan dari upaya yang dilakukan pemerintah.

Pemerintah berjuang menjadikan Borubudur destinasi wisata kelas dunia, namun diledek oleh orang sekelas mantan menteri yang prestasinya sama sekali tidak terdengar. Bagaimana bisa orang luar respek, ketika di dalam saja malah melemahkannya.

Sama juga dengan narasi yang mau mengacokan sejarah dengan mengaitkan dengan seorang nabi berasal dari Timur Tengah, Yahudi, Sulaiman alias Salomo. Hal yang jelas terlalu jauh mengaitkan puzzle-puzzle sejarah, yang berpotensi demi melemahkan keberadaan sejarah Nusantara sebagai upaya ideologi lain menguasai.

Narasi lanjutan yang digaungkan adalah haram berwisata ke candi, salah satunya Candi Borobudor. Memang tidak banyak berdampak, karena hanya riuh rendah di dunia sosial media semata. Faktanya Borobudur menjadi primadona untuk tetap menjadi tujuan wisata baik lokal ataupun dunia.

Keberadaan tower atau menara telekomunikasi bukan hanya semata menunjuang teknologi informasi dan komunikasi, namun juga memperindah atau mempercantik tampilan kawasan Candi Borobudur. Tampilan baru yang lebih terintegrasi ini tentu saja untuk menyambut kedatangan wisatawan usai covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun