Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jenderal Andika-Dudung, Komisi Fatwa MUI, dan Terorisme

17 November 2021   21:23 Diperbarui: 17 November 2021   21:41 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dudung-Andika:Tribunnews.com

Pelantikan dua jenderal angkatan darat ini memiliki nilai strategis yang sangat penting dan mendasar. Usai penangkapan Rizieq dan Munarman keadaan lebih tenang karena duet aktor dan sutradaranya sudah terbungkam. Namun, anasir-anasir tukang teriak masih sangat kencang.

Teguran untuk Fadli Zon dari Gerindra, penangkapan anggota komisi fatwa MUI karena dugaan pendanaan terorisme ini sebuah rangkaian, bagaimana yang pernah menyerukan pembubaran Densus itu ada sesuatu yang perlu diluruskan lagi.

Densus tidak pernah berhenti bekerja, menangkap, meringkus, dan mengejar teroris ke mana-mana. Hapir setiap saat ada pemberitaan penangkapan di sana dan di sini. Mirisnya adalah, begitu banyak pembelaan dan itu yang membuat publik jadi bingung.

Sebuah kesengajaan, di mana massa menjadi kacau pemahaman mana yang benar dan mana yang salah. Karena berlindung di dalam balutan agama,  pihak-pihak yang kritis menjadi jerih karena akan dicap sebagai penista agama.

Politisasi agama dan politik agama telah saling berkelindan dan itu keuntungan bagi pihak-pihak yang memang mengagendakan itu. Lagi-lagi pembiaran karena kepentingan.

Kini, harapan negara Pancasila  berdasarkan Bhineka Tunggal Ika menuju pada rel yang semestinya. Pelantikan Andika menjadi Panglima TNI tentu bukan tanpa maksud dan tujuan. Sikapnya mengenai terorisme dan aksi radikalis telah gamblang dan jelas. Pilihan pelik dan rasional.

Jenderal Dudung yang membuat FPI akhirnya benar-benar bisa bubar. Sikapnya yang tegas dan berani menjadikan kubu FPI keder juga. Mereka ini kelompok yang gede ancaman, semu, dan main keroyokan. Mengandalkan kekerasan otot. Militer itu tidak semata otot, ngotot, dan ngeyel, namun juga menggunakan otak dan logika.

Sikapnya yang langsung menurunkan baliho, menjadi punggawa di mana Pol PP dan polisi tidak berdaya,mebantu banyak. Kemarahan pentolan FPI yang membuatnya lepas kendali dan banyak ulah yang membawanya menyerah dengan keluke Mapolda Metro Jaya.

Masalah krusial, ketika aparat negara tidak lagi komit pada landasan ideologi negara, ya lemah dan siap saja dirongrong pada garong yang memang selama ini telah kenyang dari negeri ini. saatnya bersih-bersih, dan itu tentu perlu kerja keras dan kerja cerdas.

Perlawanan dari elit atas nama kebebasan alam deokrasi memang mengerikan, karena tabiat lemah tanggung jawab, tidak malu-malu bermuka dua alias munafik, dan ujungnya dengan palu agama, penista agama, kafir, dan seterusnya.

Sebuah rangkaian yang serupa puzzle di penghujung 2021. Harapan kembali pada jati diri Nusantara makin tampak dengan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun