Banjir: Kompas.comÂ
Prabowo Gerah pada Fadil  Zon, dan Malu pada  Presiden Jokowi
Sebuah polling iseng, menanyakan mengapa tidak memilih Prabowo sebagai capres. Jawaban ada tiga besar, terlalu tua, militer, dan terakhir yang sangat dominan, karena ada Fadli Zon. Tentu ini sebuah keisengan semata. Responden yang menanggapi, tentu juga cenderung iseng, namun kudu disikapi dengan sangat serius, sebagai sebuah permainan politik.
Apa yang kecil dan sederhana itu untuk politik tidak boleh dipandang sebelah mata.  Hal yang bisa berbahaya jika menyepelekan hal yang sederhana. Pemain politik  yag cerdas tidak akan memperhatikan hal yang kecil, sederhana, kadang sepele seperti ini.
Prabowo, dalam sebuah kesempatan masa kampanye pilpres 2019, sempat mengatakan, bahwa ia kesulitan "menertibkan" Fadli Zon. Â Jelas ini ungkapan sangat serius. Karena selama menjadi oposan ia bersama-sama denga Fahri dan PKS begitu garangnya dalam menanggapi kejadian yang mereka rasa sebagai kesempatan mendapatkan simpati publik. Ingat, konteks ketika mereka, partai Gerindra benar-benar di luar pemerintahan.
Kini keadaan partai secara keseluruhan berbeda. Prabowo menjadi Menteri Pertahanan. Salah satu ketahanan jelas adalah kondusifitas perpolitikan. Tentu bukan dalam konteks antikritik dan antiperbedaan, namun Fadli Zon menampilkan citra berseberangan yang asal-asalan, sama sekali tidak mendasar.
Menyoal peresmian Mandalika, sekaligus banjir Kalimantan. Ini banyak segi yang bisa dijadikan bahan pembicaraan. Â Bagaimana dan siapa Fadli Zon.
Pertama, soal banjir, tentu saja susah ketika Fadli Zon kini adalah komisi satu DPR RI, bukan lagi wakil ketua yang bisa bicara apa saja temanya. Ia lupa konteks. Di depannya juga ada banjir, dan dia diam saja. Ini bukan soal mencari pembenar, dan mendapatkan kesalahan yang lain.
Masalahnya adalah, konteks Kalimantan itu seperti apa, jangan dilihat dengan kaca mata Jakarta. Persoalan banjir Jakarta itu jauh lebih mendesak, karena pernah kondisi lebih baik. Kalimantan itu berbeda, tidak bisa sudut pandang Jawa digunakan untuk menyoal yang di sana.
Kedua, posisi  Prabowo itu kini bagian dari kabinet, apa yang dinyatakan Fadli Zon, seolah persoalan Jokowi semata itu keliru. Masalah bersama. Wajar ketika Prabowo dan Gerindra menyatakan apa yang disampaikan Fadli Zon bukan sikap partai.