Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Menang dan Demokratis dari Yusrillah, AHY!

10 November 2021   13:30 Diperbarui: 10 November 2021   13:35 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal dengan mereka diam maju ke pengadilan atau KLB dan menang itu memberikan dobel reputasi dan legitimasi.  Denga apa yang sudah dinyatakan di awal, memberikan julukan pada Moeldoko dan Yusril, malah publik tidak jadi bersimpati.

Sangat mungkin timbul kecurigaan kalau ada sesuatu di balik ini semua. Ini wajar terjadi dan sangat mungkin juga. Toh mereka jugacuriga demikian di depan. Kini boleh dong publik curiganya di belakang?

AHY dan juga SBY pastinya memiliki kapasitas. Sayang, malah mereka sia-siakan, karena terlalu fokus pada riuh rendah, bukan pada yang esensial. Berani menghadapi halangan dan rintangan itu jempolan dan saatnya publik melihat dan percaya.

Sayang, bahwa ia memilih berpolitik dengan cara yang sangat tidak elegan. Menjual derita,  memainkan politik korban yang diulang-ulang. Ya sudah, selesai.

Drama panjang bertikai dengan kubu Moeldoko ini sangat merugikan bagi mereka sendiri. Mungkin kalau hitung-hitungan pembicaraan di media dan media sosial sangat tinggi. Tetapi rating tinggi tanpa makna.

Rivalitas 24 itu prestasi dan kontribusi bagi negara. Buat apa kalau ramai semu ala dunia maya? Ini konyol, perlu belajar dari Prabowo, bagaimana namanya disebut terus ala medai sosial, ternyata kosong dalam kenyataan pemilu.

Menciptakan keriuhan dengan istilah mangkrak, kudeta, buzzer, itu mungkin merah, ramai. Dan menjadi bahan perbincangan. Apakah menaikan citra dan keterpilihan AHY? Sama sekali tidak. Ya karena mengenai kontribusi dan capaian siapa yang bisa yakin.

Yusril banyak memberikan pembelajaran untuk bersikap demokratis itu tidak mudah. Apalagi jika sudah merasa bahwa karpet merah itu untuknya sendiri.

Hidup itu perjuangan bukan hadiah. Semua perlu kerja keras bukan suara nyaring semata. Publik harus dibuat terkesima dengan capaian, bukan narasi.

Masalahnya, AHY susah menciptakan citra diri sebagai apa. Politikus dan  capres narasi dan kata-kata jelas Anies Baswedan nomor satu. Prestasi ada Ganjar Pranawa, ET, dan banyak pemimpin yang tidak semata bermimpi.

Layak ditunggu komentar loyalis AHY akan seperti apa. Jika masih membully dan merendahkan ya sudah makin jauh dari peningkatan suara. Berubahlah, mumpung masih ada waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun