Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penyidik "Taliban" Disebut dalam Persidangan, Pentingkah?

11 Oktober 2021   16:15 Diperbarui: 11 Oktober 2021   16:19 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyidik Taliban Disebut dalam Persidangan, Pentingkah?

Dalam salah satu tanya jawab saksi dan hakim, tersebut kalimat, penyidik Taliban yang menangani kasus, susah untuk masuk. Begitu banyak tafsir yang bisa terjadi atas kalimat singkat tersebut. Menjadi penting dan menarik adalah, ini dinyatakan di dalam persidangan. Implikasinya besar.

Susah melihat seorang saksi, dia juga adalah tersangka dalam kasus yang sama, untuk dia berkata bohong. Jelas ia akan mencari celah untuk meringankan dirinya. Hal yang lumrah terjadi dalam diri manusia yang sedang beperkara.

Apakah benar isu Taliban itu benar adanya? Ini menjadi penting untuk diusut secara tuntas. Tidak hanya dibiarkan begitu saja. Tentu bukan hakim dalam persidangan ini yang harus melanjutkan penelusurannya. Pihak KPK sendiri jika serius mau membersihan KPK.

Baik ada atau tidak, biar publik juga tahu dan kemudian kembali percaya pada KPK. Selama isu Taliban dibiarkan saja, keberadaan KPK makin turun di mata publik. Ini tidak bicara soal Taliban ideologis, atau mau talikaret, atau bantank, yang penting adalah KPK ya bekerja untuk bangsa dan negara. Tidak karena kepentingan golongan, apalagi pribadi perpribadi.

Taliban ini mau ada atau tidak, tidak demikian mendesak kegentingannya, namun bahwa jangan sampai ada lembaga di dalam lembaga. Faksi yang ada misalnya taliban, banteng, atau kebo sekalipun berbahaya. 

Karena mereka sangat mungkin memiliki aganda masing-masing. Saling serang dan tikam, bukan demi kebaikan negara. Jika demikian kan bahaya. Negara menjadi taruhan, karena mereka hanya menyasar yang "di luar" kelompok mereka.

Sangat mungkin kata-kata Taliban ini hanya untuk menaikan upeti yang bisa ditambah, karena ada ujaran, masuknya susah.  Ini kata kunci berikutnya yang penting. Bisa dimasuki tapi susah, berbeda kalau mengatakan sudah angkat tangan, kalau itu jangan harap.  Berarti sama saja.

Minimal sudah ada dua kelompok di dalam KPK, kelompolk Taliban dan yang Robin ada di sana. Melihat perilakunya bukan tidak mungkin masih banyak lagi. Mengapa demikian?

KPK itu produk politik, produk DPR, dan sangat mungkin partai politik menanam salah satu atau salah dua dari mereka-mereka ini kemudian memiliki jaringan-jaringan yang terbuka kemungkinan mereka juga bekerja untuk kepentingan yang lain. Jika demikian siapa yang bisa menjamin mutu keberadaan mereka.

Masih perlu diingat, pegawai dan tabiat masyarakat negeri ini masih lemah pada azas dan konsensus. Siapa bisa percaya. Nyatanya, pegawai KPK saja menjadi calo kasus dan juga nyolong barang bukti.

Jangan-jangan blok-blokan, atau faksi-faksian ini juga terjadi antara jaksa dan polisi, kan dari kedua institusi ini. Jika iya,  jangan harap kejaksaan dan kepolisian pernah diusik oleh KPK. Bisa jadi, mereka saling intai, siapa  mau mengusut polisi, pihak jaksa akan ngotot mempertahankan. Kapan selesainya maling-maling negara jika demikian.

Isu Taliban itu juga ada fakta lain soal pengakuan seorang pegawai keamanan yang dipecat beberapa waktu lalu. Itu juga heboh hanya sesaat saja. Tidak ada tindak lanjut. Padahal ini serius. Bagaimana di dalam sebuah organisasi ada pemecatan pegawai dengan tidak ikut prosedur dan didiamkan saja. Soal ideologis mungkin bisa dinafikan, namun bagaimana sistem kepegawaian jika demikian.

Masalah barang bukti. Juga tidak ada tindak lanjut yang menyeluruh. Sangat kecil kemungkinan hanya satu dua pihak saja bisa nyolong barang bukti segede itu. Apalagi yang truk  raib di Kalimantan lampau.

KPK yang selama ini terkover dengan sangat rapi oleh "permainan beberapa pihak", mulai satu demi satu terbongkar. Jangan hanya heboh sesaat dan kemudian diabaikan begitu saja,

Kebocoran sprindik yang kog selalu hanya melibatkan media yang sama. Ini ada apa? Kog ya tidak pernah ada tindak lanjut sama sekali. Bagaimana ge,bar-gembor etika, integritas, dan antimaling, kala di dalamnya sendiri ternyata tumpukan copet, pengutil, tukang palak, dan juga penjual info.

Jangan dianggap sepele, karena ini adalah sebuat kasus korupsi pula. Tidak taat pada sumpah dan janji pegawai.  Rentetan bisa sangat panjang sebenarnya. Karena  kebocoran gede itu ya diawali dari hal-hal yang sepele kog.

Pantas saja absensi di gedung DPR yang parah itu tidak pernah dianggap maling anggaran oleh KPK. Karena konsep  malingnya saja tidak jelas. Jangan berharap korupsi bisa hilang, kalau konsepnya saja masih salah kaprah.

Masih terlalu jauh lagi jika berharap kalau memiliki malu dan mundur jika ketahuan nyolong.lha terang-terangan tertangkap saja masih ngeles dan kemudian praperadilan, bondang-banding.

Sepanjang gaya hidup pegawai masih tidak kenal malu atas profil. Merasa baik-baik saja nuraninya padahal maling dan menjual info, ya akan seperti ini terus. Ini masalah bangsa yang sangat mendasar. Semua berawal dari nurani untuk bekerja.

Susah berharap pengabdian, faktanya demi uang apapun dilakukan. Toh, tidak boleh putus asa. Harapan tetap harus diyakini akan bisa terjadi, maling berkurang dan negara lebih makmur sejahtera dengan cara kerja yang baik dan lurus.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun