Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menag: Sing Waras Aja Ngalah

30 September 2021   17:08 Diperbarui: 30 September 2021   17:20 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konteks ketika ada falsafah sing waras ngalah itu tentu saja ketika Jawa ada pada posisi yang sangat nyaman. Godaan itu tidak menjadi masalah, dibiarkan saja. Ancaman dan godaan semata dianggap ora waras, tidak  waras, sinting, atau gila.

Nah, karan posisi orang berkesadaran, meminjam istilah Antonny de Mello, awareness. Sikap yang akan diterima pasti malu dan berubah sikap. Ini sikap dewasa, bijaksana, terbuka, dan sangat enggan berkonflik.

Tentu saja hal yang sama tidak bisa dilakukan begitu saja  di era sekarang ini. Bagaimana kini, orang tidak hidup di dalam kesadaran. Dominasi kepentingan ideologi dan kekuasaan. Hal inilah yang membuat orang mengendalikan pihak lain dengan sikap  menguasai, membentuk opini dengan narasi yang membeda-bedakan, mengotak-kotakkan satu sama lain.

Gusmen menjadi pioner sebagai menteri agama, bukan menteri salah satu agama. Pernyataannya sangat keras dan tegas mengenai hal ini. menghadapi orang tidak waras, ya dengan pembelajaran. Apa maksudnya? Agar tidak lebih banyak yang tidak waras. Mengapa?

Yang tidak waras biar saja. Namun jangan sampai mereka menambah  pengaruh sehingga yang tidak waras bertambah. Susah mengubah mereka, apalagi sudah tercuci otaknya dengan indoktrinasi, agama, siksa neraka lagi.

Membentengi bahwa paham tidak waras itu tidak lebih banyak menghinggapi pihak-pihak yang apatis dan acuh tak acuh. Ini memang   harapan dari para pelaku. Jika sudah demikian akan melemah jati diri bangsa.

Sering mendapatkan pernyataan, cenderung teguran sih, mengapa menulis politik, nyerempet bahaya pula. Kini, mendapatkan legitimasi dari dua tokoh besar untuk tetap bersuara, berbicara, dan memberikan pencerahan sesuai kapasitas. Begitu banyak narasi sesat berseliweran, dan dianggap angin lali. Jangan kaget ketika suatu saat kebenaran itu sudah hilang sama sekali, karena sikap abai kaum waras.

Pembiaran selama ini. Lagi-lagi ini memang sebuah skenario, di mana orang termasuk elit menebarkan pemikiran, berita, dan bahkan kadang peristiwa saja sudah diubah demi kepentingan sendiri.

Kisah pemuka agama yang ditembak, karena September dikaitkan dengan PKI, eh ternyata si korban itu menyetubuhi istri pelaku saat memasang susuk. Bayangkan saja, ini kan sama sekali jauh dari faktanya. Pelaku penyebarnya bukan orang goblok lho, pernah menjabat wakil ketua dewan.

Anehnya, tidak pernah ada pertanggungjawaban atas perilaku busuk seperti itu. Selesai, terlupakan, tanpa ada perubahan sikap. Ini lho yang menurut Buya Syafeii dan Gusmen untuk jangan mau mengalah.

Media juga sama saja. Ngaco paling minta maaf, depresnya juga setali tiga uang. Tidak mampu berbuat apa-apa. Pembiaran lagi-lagi yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun