Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beneran Taliban Berubah?

22 Agustus 2021   10:45 Diperbarui: 22 Agustus 2021   10:47 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Liputan6.com

Taliban Beneran Bisa Berubah?

Kemenangan Taliban mengambil alih kekuasaan di Afganistan cukup membuat banyak pihak berspekulasi mengenai reputasi mereka. Sekarang, suka atau tidak, toh banyak berseliweran propaganda yang menggambarkan kebiasaan Taliban.

Media, terutama media sosial ramai-ramai tayangan para pejuang, yang sebentar lagi menjadi militer Afganistan sedang naik mainan anak-anak. Gambaran bagaimana perilaku mereka yang kaget atau gegar budaya. Konon sudah dibakar. Ingat ini juga bagian propaganda pihak yang berbeda.

Sisi lain namun frame yang sama, bagaimana gelombang pengungsian dan evakuasi yang sangat mencekam juga begitu banyak berseliweran. Ini juga lagi-lagi adalah propaganda, juga kecemasan yang wajar dialami oleh warga Afganistan yang pernah di bawah kendali Taliban dan akan kembali di dalam kekuasaan pihak yang sama.

Rekam jejak yang memang tidak akan mudah diterima oleh warga yang memiliki keyakinan, cara pandang, apalagi politik yang berbeda. Mereka mengalami sendiri seperti apa perilaku milisi yang pasti akan menjadi militer itu.

Janji keterbukaan dan lebih moderat sangat mungkin bagi elit itu terjadi. Masalahnya apa iya bagi para pelaku di lapangan? Siapa yang bisa menjamin mereka akan berubah total? Atau siapa yang bisa memastikan mereka, selama ini senggol bacok kemudian menjadi sangat toleran pada perbedaan?

Ini bicara soal entitas politik, sama sekali bukan bicara agama. Ironisnya di negeri ini tercampur aduk dan menjadi kacau. Persoalan apa dianalisis dengan kaca mata apa, dan kemudian bertikai sendiri. Perebutan kekuasaan politik dan konon juga ada uang atau kekayaan alam yang sangat gede.

Artinya ini adalah kepentingan yang tidak ada kaitannya juga dengan agama. Ekonomi dan jelas didahului dengan politik. Lebih banyak yang tidak paham dari pada yang paham sebenarnya, juga pelaku di lapangan yang ada di sana.

Mulai juga pembicaraan bahwa Taliban mulai melakukan pembunuhan dan kekerasan yang lainnya. susah meyakini bahwa mereka akan bisa mengelola negara dengan semestinya. Mengapa?

Mereka ini tidak memiliki pemersatu yang bisa menjadi tali perekat untuk bisa duduk bersama. Lebih cenderung saling mengalahkan. Keakuan, mau suku, keyakinan, atau apapun itu dominan. Jadi tidak bisa bicara, yang ada adalah kalah dan menang. Perang.

Kebiasaan, ini soal tabiat, kebiasaan, kebisaan juga. Bagaimana mereka itu penguasa tunggal, sekaligus juga penafsir hukum selama ini. Tunggal. Apa iya mau dengan tiba-tiba berbagi, padahal dalam benak mereka sudah  menang dan penguasa tunggal.

Contoh, berkaitan dengan kebebasan perempuan dan akibat yang timbul. Perempuan tidak boleh jalan sendirian. Selama ini tanpa ba bi bu tembak dan itu benar dalam tafsir mereka. Ketika elit meyakinkan publik global mau berubah, apa iya yang ke mana-mana menenteng senjata itu juga berubah?

Mereka sudah terbiasa menjadi penguasa tunggal atas segala hal. Salah dalam persepsi mereka ya boleh ditembak. Mosok kini tiba-tiba harus ikut keinginan publik global. Apa iya tidak malah menimbulkan masalah baru? Mereka itu sekian lama tertekan di dalam perjuangan mereka. Nah, ketika menang, mosok malah tertekan.

Ini sangat mungkin jadi masalah baru. Bisa saja sih dunia internasional, China misalnya memberikan klausul bantuan dengan syarat penghentian bantuan dengan syarat tanpa kekerasan. Ini orang-orang yang biasa mengatasi hukum. Mereka juga lagi eforia atas kemenangan.

Belum lagi provokasi dari pihak lawan. Perebutan kekuasaan, akan sangat mungkin dibalas dan dijawab dengan cara yang sama. Ini soal kursi yang menggiurkan. Pihak asing pun juga ingin, dan ketika penguasan, Taliban kini lebih deket pada satu pihak, kelompok yang berbeda sangat terbuka  untuk tidak terima dan menggosok-gosok faksi lain.

Paradigma menang kalah leih kuat menguasai. Padahal ada solusi lain, menang-menang, kompromi, dan bekerja sama. Susah, ketika orang lebih mengedepankan ego, kepentingan diri dan kelompok dari pada kepentingan masyarakat seluruhnya atau bangsa dan negara.

Kasihan bagi rakyat Afganistan yang selalu saja hidup di dalam kecemasan dan ketakutan. Siapa menang itu yang menjadi pengatur dan yang berseberangan sangat mungkin dienyahkan. Miris. Kekerasan seolah satu-satunya jalan keluar dan menjadi sarana untuk menguasai.

Menang adalah segalanya, kalah ya habis sama sekali. Miris jika demikian. Ini juga bicara nyawa manusia. Bagaimana kekerasan dan bahasa penindasan sudah tidak relevan di era modern ini. keyakinan pribadi dan kelompok sih boleh dan baik-baik saja, namun ketika sudah dipaksakan pada pihak lain, ya repot.

Pesimis melihat perilaku mereka berubah dalam waktu yang singkat dan drastis. Semata hanya janji pihak-pihak yang elitis, tapi soal perilaku di lapangan siapa yang bisa menjamin. Ini tabiat, bahkan mungkin sudah budaya kog.

Elit yang berjanji di mana-mana itu kalau ditagih ketika ada kejadian paling juga larinya, kami sudah menghimbau dan meminta mereka untuk menahan diri.  Jika demikian, siapa sih yang mampu menjamin ada perubahan dan meminimalisasi kekerasan di sana.

Utopis sih bicara tenpa kekerasan, namun realistis juga ketika menghendaki kekerasan bukan cara satu-satunya.  Zaman sudah modern.  Kekerasan itu bahasa yang masih terbelakang. Saling menguasai dan meniadakan. Waktunya sinergi dan kerja sama.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun