Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

6 Pilar Smart City ala Johnny Plate

7 Agustus 2021   21:00 Diperbarui: 7 Agustus 2021   21:05 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menkominfo sedang mengadakan Pertemuan  Tingkat Menteri G-20 Bidang Digital. Tentu saja pertemuan ini secaa virtual dari Jakarta. Pada sesi kedua, Johnny Plate  memaparkan program, smart city di Indonesia. Ia mndorong negara anggota G-20 juga mengembangkan program yang sama. Apalagi di tengah pandemi seperti ini, keberadaan smart city sangat dibutuhkan untuk membantu warga masyarakat.

Tabiat, bahkan budaya baru harus mendapatkan prioritas untuk menangani banyak kendala dan halangan karena pandemi ini. begitu banyak hal baru, yang awalnya semata wacana kini harus menjadi kerja nyata.

Beruntung bahwa tol udara, dengan segala kelengkapannya, meskipun tertatih dengan begitu banyak kendala bisa teratasi dan harapannya bisa lebih cepat kelar, sehingga benar-benar rakyat seluruhnya bisa mengakses internet dengan lebih cepat.

Salah satu yang mendesak dilakukan, dan layak dikembangkan di negara-negara lain adalah keberadaan smart city. Ada enam hal yang dipaparkan Johnny Plate, smart governance, smart branding, smart economy, smart society, smart environment, smart living. Smart city diharapkan membantu warga lebih produktif dan efisien serta berkelanjutan.

Mobilitas cerdas dan tata kelola kota cerdas yang efektif. Nah ini teryata sudah sejak 2017 dicanangkan. Jauh sebelum pandemi terdengar, apalagi terjadi. Waktu terutama, kadang habis hanya untuk mengurus administrasi yang kadang sangat melelahkan, menjengkelkan, dan membuang-buang energi sia-sia.

Contoh, mengurus KTP atau KK, itu tanpa "orang dalam atau calo" ketika belum ada mekanism efisiensi dengan model smart governance, bisa berari-hari. Antrian yang kadang masih ala kuno, tanpa digitalasi. Bisa dibayangkan berapa banyak waktu, energi, dan juga materi yang harus dikeluarkan.

Ini baru soal administrasi mendasar. Bagaimana izin usaha yang jauh lebih rumit dan  melibatkan banyak pihak, jika semua masih manual.  Kadang, yang terjadi di lapangan, mental manual di tengah arus digital masih cukup kuat. Upaya baik di tengah tabiat insan ini layak diapresiasi.

Salah satu ide smart city adalah efisiensi di dalam pelayanan dan perbaikan tata kelola pemerintahan. Mewujudkan tata kelola yang bersih, efisien, dan transparan tentunya. Di tengah gejolak korupsi dan suap di mana-mana, hal ini jelas sangat membantu.

Smart branding, negeri ini dilimpahi dengan begitu banyak kekayaan dan keunikan yang sangat menjual. Ada daerah yang memang kaya akan hasil bumi, seperti pertambangan, namun ada juga yang dianugerahi kekayaan alam yang indah, atau kerajinan yang memukau.

Gagasan smart branding, setiap wilayah mampu menggali potensi masing-masing untuk bisa menaikan posisi tawar pada konsumen. Semua hal bisa "dijual" pada era digital ini. pPasar pun global,  tidak semata lokal lagi. Ini adalah peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun