Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sabarnya Ganjar Pranowo dan Mahasiswa Tolak Masker

5 Juli 2021   19:30 Diperbarui: 5 Juli 2021   19:44 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabarnya Ganjar dan Mahasiswa Ini

Membaca berita dari Kompas.com, yang awalnya lagi tidak ingin menulis jadi membuka netbook dan menulis. Entah harus bagaimana menghadapi model orang begini ini. Wajar  ketika keadaan pandemi ini seolah malah makin naik bukannya melandai dan menghilang.

Bagaimana tidak, kala mahasiswa, ini bukan soal status atau pendidikannya, namun bagaimana berpikir rasional, logis, dan memiliki dasar argumen, bukan semata pokok e. Falsafah pokok e itu cenderung diajukan oleh orang yang terbatas pendidikannya.

Bisa dipahami, kalau seperti tetangga saya, yang memang sangat terbatas pengetahuan, pendidikan, dan pengetahuannya. Anaknya isolasi mandiri, eh dia malah terima jasa kerik masuk angin dan pergi ikut panen tetangga. Sampai di sawah kemudian limbung dan pulang. Hal yang bisa dimaklumi karena keterbatasan dalam banyak hal.

Kala mahasiswa yang ngotot dan merasa benar dengan pilihannya. Ada beberapa hal menarik yang layak dicermati;

Pertama, si penderita ini, sekaligus mahasiswa, mengatakan, jika tidak menggunakan masker adalah hak, pilihan, dan itu harus dihormati.  Sangat menarik apa yang menjadi pemikiran dan sikapnya ini.

Kedua, ia mengatakan itu hak yang ia miliki dan harus dihormati.  Mungkin dalam konteks lain, bisa dimaklumi, kalau itu adalah anak TK yang ngambeg mau mengenakan baju baru, bukan seragamnya.  Lha ini mahasiswa pandemi pula.

Ketiga, ia mengedepankan hak, namun abai kewajiban, di mana ia wajib menjaga kesehatan diri dan sesamanya. Ini masa pandemi, keadaan luar biasa, bukan keadaan biasa. Pemikiran, perilaku, dan juga sikap tentu berbeda.

Keempat, si pelaku, dan juga sekaligus penderita ini mengaku selalu cuci tangan, bahkan bisa lbih dari dua puluh kali. Ada yang lompat, dan ini dalih, rasionalisasi. Mengapa?

Kelima, penularan ini benar, salah satunya pada tangan, yang kontak pada virus, namun jauh lebih mendasar adalah pada mulut. Tangan itu bukan yang utama. Mulut itu yang memegang peran vital. Maka sarannya adalah masker, bukan sarung tangan.

Keenam, droplet, air liur mikro yang keluar dari mulut menempel pada benda kemudian tersentuh dan bersalaman pada pihak lain, itu yang menjadi soal makanya diminta untuk sesering mungkin cuci tangan. Nah, apa yang terjadi dengan hal ini adalah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun