Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Raja Ngibul, BEM UI, Vaksin, dan Susahnya Jadi Jokowi

28 Juni 2021   20:25 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:01 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum pernah kog terdengar BEM UI ini menyuarakan kenabian di soal dan kejadian lain yang sangat viral sekalipun. Contoh, ke mana mereka soal Gereja Yasmin. Bertahun-tahun di depan mata mereka lho. Apakah ini kurang seksi, atau karena kesamaan gagasan dan ideologi?

Jika bicara menyuarakan kebenaran dan kritis hal demikian juga harus berteriak. Atau jangan nanti mengatakan karena saya sama dengan Gereja Yasmin kemudian menilai BEM UI, bersuara tidak pada tempatnya. Jika iya sih terserah.

Ke mana suara kritis yang katanya mahasiswa, kala kepala petani di Poso dipenggal oleh entah siapa? Karena toh tidak ada juga suara di mana-mana, siapa yang mengaku bertanggung jawab. Atau sampai di mana progres pencarian pelaku teror itu. Mana yang katanya agen perubahan itu?

Atau ini, bagaimana lebih ngibul Jokowi, atau para pelaku yang menebarkan soal dana haji dan pelaksanaan haji 2020 dan 2021? Jangan kemudian mengatakan kalau mereka ini sedang berjuang. Ada juga yang pejabat publik lho. Apakah mereka ini sudah melakukan hal yang baik dan benar? Atau malah lebih ngibul dari pengibul? Atau mereka tidak mendengarnya?

Kog dim saja, ketika daerah-daerah malah berlomba-lomba melakukan pembiaran sehingga angka positif covid makin menggila. Mosok mereka tidak tahu, atau mana sikap mreka ketika warga abai mengenai prokes?

Sejatinya ini jauh lebih bermanfaat bagi mereka dan masa depan mereka ketika penjadi pemimpin. Masih uda bermimpilah jadi pemimpin, bukan malah seolah sudah lebih hebat dari pemimpin hanya karena dininabobokan para pemimpi ngarep jadi pemimpin namun tidak mampu

Mahasiswa itu kritis itu harus bahkan. Diam berarti pasif dan perannya lemah dalam bernegara. Namun, sikap mereka juga harus sportif, memiliki dasar argumen ilmiah, dan mendasar. Tidak hanya asumtif dan ngaco. Mengapa demikian?

Mereka ini kaum terpelajar. Mereka belajar untuk berpikir rasional, berdasar atas data yang cukup kuat, berbeda dengan politikus dan SJW yang berperilaku dasarnya adalah kepentingan. Ini berbahaya, mengapa?

Mahasiswa bukan politikus. Politik praktis itu dasarnya adalah kepentingan dan kekuasaan. Pemikiran mahasiswa adalah akademis, logis, berdasar pada fakta dan data. Tentu saja bukan mau mengatakan mahasiswa tidak perlu politik. Tidak demikian. Namun, jika mahasiswa sudah tidak berpikir secara nalar lurus. Bagaimana orang yang tidak berpendidikan.

Ini masalah serius, apalagi jika ini karena pemikiran ideologis. Sangat berbahaya. Ada kecenderungan yang brsuara seperti ini berafiliasi pada kelompok dan ideologi tertentu. Hal yang sejatinya bertentangan dengan dasar hidup bernegara.

Jangan mengatakan ini demokrasi, ketika pembicaraannya adalah ideologi yang berbeda. Salah satu esensi demokrasi itu sikap bertanggung jawab bukan munafik dan bermuka dua. Satu sisi memanfaatkan demokrasi namun untuk mengebiri demokrasi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun