Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi-Prabowo, Bukankah Berlebihan?

19 Juni 2021   20:09 Diperbarui: 19 Juni 2021   20:30 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka bukan mendukung Prabowo, namun memanfaatkan keberadaan capres yang berseberangan dengan Jokowi karena mereka tahu, susah untuk bisa  mengendalikan Jokowi untuk ikut arus ideologi mereka. Kesempatan itu terbuka untuk menanam budi pada pihak Prabowo.

Kelima, melihat apa yang terjadi di dalam uraian di atas, jelas bahwa percuma saja sebenarnya memaksakan duet ini. Sama sekali  tidak merepresentasikan bisa menyatunya kutub-kutub politis berbangsa.

Keenam, jauh lebih bisa diterima nalar sederhana, jika penyebab dikotomis dan pengutupan ini karena kepentingan. Satu sisi adalah elit yang biasa feodal. Semua aku duluan, rakyat hanya seperti orang memberikan jagung pada ayam. Ngepyuri jagung.

Soal kepentingan, bukan siapanya yang menjadi pemimpin negeri ini. Hanya saja, kamuflasenya memang dengan dalih ini dan itu. identik dengan Jakarta era Ahok, itu bukan soal ia Chines dan Kristen, namun bagaimana ia memimpin Jakarta tanpa takut. Mafia demi mafia kelaparan.

Sama dengan Jokowi ini. Elit yang  gerah menyematkan antiagama, antiulama, dan PKI selalu saja diulang-ulang. Masuknya Prabowo dalam pemerintahan, hanya mengurangi sedikit suara dan narasi itu. Lainnya masih sama saja.

Apa yang jauh lebih mendesak adalah, bukan siapa pemimpinnya, namun sistem yang bekerja. Landasan itu sedang dilakukan dengan sangat keras oleh Jokowi saat ini. Jika ini bisa berjalan, mau siapa pemimpinnya tidak akan banyak berubah demi negeri yang lebih baik.

Apa yang terjadi dengan Jakarta memberikan sebuah pembelajaran, bahwa pembangunan bisa dengan mudah "dirusak" demi kepentingan dan balas dendam politik. Ini sangat disayangkan. Padahal progres bagus ke depan, bisa berantakan kalau memang ada sentimen duluan dengan segala ide dan gagasan dan pendahulu.

Jokowi sering dan telah mengatakan tidak mau melanggar konstitusi dengan menjabat tiga periode.  Tetapi, warga negara yang khawatir akan seperti Jakarta juga sangat rasional. Pengalaman di depan mata, tidak bisa dengan mudah dihilangkan.

Penegakan hukum bagi para pelanggar hukum, terutama yang berafiliasi pada ormas terlarang. Sama pentingnya dengan penanganan hoax, fitnah, dan ujaran kebencian. Masalahnya adalah, selama ini seolah jalan di tempat. Cenderung tebang pilih, dan ada pembiaran pada pihak-pihak dan pribadi tertentu.

Mereka ini yang membuat gaduh, riuh, dan cenderung lebih oposan dari oposan. Mereka ini orang-orang sakti, sakit hati dengan berbagai-bagai alasan dan penyebabnya.  Tidak semata kalah pilpres. Bagian masa lalu, politik atauun bisnis.

Ideolog ultrakanan. Mereka ini sudah sangat lama mempersiapkan diri dengan sangat cermat. Memasuki segala lini kehidupan berbangsa, dan sepertinya tinggal perayaan kemenangan. Semua buyar dengan pemerintahan kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun