7 Tahun, 3 Juta Pembaca, 3 Ribu Artikel

7 Tahun, 3 Juta Pembaca, dan 3 ribu Artikel

Terima kasih Kompasiana dan Kompasianer, atas kesempatannya untuk berdinamika  bersama selama tujuh tahun. Mungkin  bosan dengan bacaan itu-itu lagi, dari akun itu lagi-itu lagi. Sudah kebaca akhirnya, he...he....

Sama sekali tidak menyangka hingga bisa bertahan selama tujuh tahun. Tulisan receh yang tidak menyenangkan bagi banyak pihak mungkin.  Itu sih tidak dalam kendali saya.  Yang jelas saya belajar banyak dalam komunitas Kompasiana bersama dengan Kners.

Komunikasi. Hal yang  sangat besar dampaknya bagi saya pribadi. Bagaimana pikiran dan tulisan itu bisa diterima pembaca. Maunya pembaca seperti apa, bukan maunya penulis dan memaksakan keinginannya.

Tentu bukan dalam konteks tidak memiliki idealisme dan mengekor kata dan keinginan pembaca. Ada hal-hal yang akhirnya, oh ini, aha pas dengan khalayak ramai. Omong kosong, jika mengatakan menulis ya menulis saja mau ada yang baca atau tidak. Tentu saja bukan apatis demikian. benar, bahwa menulis ya menulis, tetapi, ini nih, bagaimana menulis yang bisa menarik.

Menarik itu bukan karena semata-mata keinginan dan idealisme buta. Ikut arus, ikuti platform yang ada. Tentu dan pasti ada aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, dan itu tentu sangat mungkin mengurangi idealisme penulis. Apakah itu  mengubah idealisme, bisa iya.

Berinteraksi bersama dengan yang lain. Era sebelum booming WAG, inbox K sangat laris. Ada grup yang bisa dibentuk hingga 50 Kners. Berbagai ilmu dibagikan dan diserap dari sana. Kadang tawaran ide, data, dan tantangan menulis artike dengan tema atau tokoh tertentu sering hadir. Kalau berani tulis ini.... atau kalau tema ini bagus deh yang nulis.....

Konsistensi.  Ini penting, apapun aktivitas, kegiatan, dan juga pekerjaan, yang penting itu konsisten.  Termasuk di dalamnya untuk berkunjung dan meninggalkan jejak. Baca-baca, berkomentar dengan baik dan relevan.

Kadang memang membuang waktu dan tenaga, toh itu sebanding, karena ada nilai pembelajaran yang didapatkan. Apalagi kalau sudah menjadi ketagihan, he...he...he...

Santai. Sering orang terlalu baper. Mudah mendengar kata orang atau terlalu lebay dengan penilaian sendiri. Ini yang buat makan hati. Tidak perlu banyak memberikan kesempatan, memberikan respons, sekiranya itu memang tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Apalagi jika  main di kanal politik. Berbeda afiliasi, langsung persepsi yang keluar. Lha nulis kemanusiaan saja dikaitkan dengan afiliasi, agama, dan seterusnya. Ribet.

Gambaran diri yang lebih besar membuat capek. Mengapa? Mudah kecewa. Gak akan tahan menulis kalau gambaran diri terlalu gede. Ini proses dan perjalanan waktu.