Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu PKI Kematian Ustad, Komunisme Thailand-Indonesia, antara Hukuman dan Pengampunan

13 Mei 2021   14:42 Diperbarui: 13 Mei 2021   14:56 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karl Marx. Sumber gambar: istimewa

Hukuman, pembuangan ke Pulau Buru, disingkirkan dari ASN, BUMN, dan pensiun muda bagi yang hanya simpatisan. Jangan kaget, berita pemecatan calon PNS atau militer, padahal hanya tinggal pelantikan, jika litsus, penelitian khusus menyatakan ada indikasi terlibat OT. Ingat, indikasi, wong kadang itu keturunan kedua dan ketiga.

Generasi 70-80-an masih paham keadaan ini. Betapa mengerikannya, KTP dengan cap khusus, wajib lapor di Kodim, paling mengerikan ya propaganda film G-30 S yang setiap tahun diulang.

Mengerikannya, ini pun dipakai oleh politikus berikutnya untuk mendeskreditkan pihak lawan. Lihat saja sejak pilpres 2014 hingga kemarin, kematian almarhum Ustad Tengku Zul masih menggunakan paradigma penguasa PKI untuk membunuh para ulama katanya.

Pengalaman hampir setengah abad masih demikian menjerihkan karena hukuman, labeling, dan tekanan untuk menyudutkan lawan politik. Ini memang permainan tingkat tinggi oleh penguasa masa lalu.

Upaya rekonsiliasi saja masih sering dilingkupi dengan prasangka dan praduga, sematan prokomunis dan seterusnya. Padahal jelas-jelas sudah ada TAP MPR-nya untuk melarang itu. Lain, ketika HTI-FPI juga terlarang, masih banyak yang berani mencoba dan bangga dengan identitas mereka.

Permainan agama dan politik yang memang disengaja Belanda, dilanjutkan Soeharto, dan generasi berikut pemujanya membuat keadaan lebih buruk.  Narasi pengulangan yang itu-itu saja. Miris, kita masih berkutat dengan itu-itu saja.

Isu dan narasi tidak masuk akalpun dipercaya, ketika mengaitkan agama dan komunisme. Ideologi yang hanya laku di Indonesia, bagi sebagian kaum halu saja. Mana ada komunisme, siapa yang membatalkan TAP MPR.

Tidak akan bisa selesai, karena berbeda dengan Thailand yang menyelesaikannya dengan pengampunan. Merangkul dan mengatasi masalah. Lha di sini, malah menjadi komoditi menghantam rival.

Mengaku beragama, namun malah takut dan yakin hantu, termasuk hantu komunisme. Iman model apa coba?  Politisasi agama yang mengarah pada mabuk agama membuat keadaan jauh lebih buruk. Generasi ini, sudah banyak yang tidak paham lagi PKI dan komunisme, namun latah dan ikut-ikutan hanya kata orang.

Memperbaiki sejarah dan mengadakan rekonsiliasi, islah, itu jelas perlu kejernihan budi, kebesaran jiwa untuk mengakui salah dan khilap. Semua korban, ada pula semua terlibat sebagai pelaku dalam bantai membantai.

Ketika smua merasa menjadi korban dan menjadikan pihak lain sebagai pelaku, jangan harap, hantu komunisme akan menjadi alat propaganda pihak-pihak minim prestasi untuk menggoyang pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun