Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, Bipet, dan Politisasi Bipang

8 Mei 2021   14:34 Diperbarui: 8 Mei 2021   14:54 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi, Bipet,  dan Politisasi Bipang

Susah memang jadi Jokowi. Mengapa? Bangsa ini sudah cukup lama ada dalam sebuah kondisi hidup keakuan, bukan kebangsaan. Yang paling banyak merasa lebih benar dan harus mendapatkan prioritas. Sedikit trsentuh ngamuk, tetapi sangat biasa kalau mengggampar sekalipun.

Apalagi, memang banyak petualang politik yang mati kutu, ketika pemerintahan Jokowi. Nah mereka ini, ada pada tikungan untuk menanti Jokowi terpeleset. Kondisi baik-baik saja, akan dibuat untuk tergelincir. Bagusnya, Jokowi tidak pernah memberikan porsi yang membuat bara itu makin gede.

Sikap diamnya, atau membawa dalam canda mengubah keadaan. Berbeda jika ditanggapi dengan serius, politikus bermain dengan lebih bergairah. Ketika tidak direspons, orang jadi malas untuk memperpanjang. Sama juga dengan orang memprovokasi.

Lha salahnya apa babi panggang coba? Haram kan bagi sebagian masyarakat. Toh  bangsa ini tidak semua tidak makan babi. Presiden itu bukan hanya untuk satu golongan saja. Berbeda jika, ayo rayakan Lebaran dengan beli bipang, itu edan.

Kan konteksnya tidak usah mudik, yang kangen gudeg, bipang, bisa beli online. Susah sih memang bicara konteks, ketika orang memang sukanya rusuh dan mengedit-edit.

Babi sedang tren memang. Usai babi ngepet, kini babi panggang. Lucu, aneh, dan naifnya itu barang yang sepele namun dibesar-besarkan. Siapa lagi kalau bukan politikus yang membuatnya. Politikus yang kehilangan panggung dan mau mendapatkan kesempatan.

Ini jelas pendidikan politik yang sangat buruk, ketika elit politik yang bermain.  Memalukan sebenarnya.

Masyarakat, harus belajar untuk tahu konteks, sehingga tidak mempermalukan diri dan bangsa. Seperti kemarin, ada pemberitaan di China, pengusaha terkaya itu peternak babi. Walah komentar dan caci maki, moralis ala Indonesia. Lha apa hubungannya coba?

Waktu yang lampau juga, ada pasangan sejenis menikah, di Thailand. Lagi-lagi moralis ala netizen bergolak. Reaksi si mempelai yang mau menuntut bisa berbuntut panjang.

Masalah pegiat media sosial bangsa ini memang  pelik. Terlalu cepat memainkan jari, dari pada otak dan hati. Contoh yang mirip mengenai pesakitan karena komentar buruk soal kapal selam yang tenggelam.

Contoh dari politikus dan elit yang memang demikian.  Miris, karena mereka nyolot ikut-ikutan elit yang dilihat bisa mendapatkan panggung.

Penegakan hukum yang lemah. paling banter meterai cemban. Elit berkeliaran dengan dalih identik, dibajak, dipelintir media.

Presiden itu pemimpin seluruh bangsa. Penggemar babi panggang, termasuk saya, meski tidak mampu beli, juga warganya Jokowi. Apalagi, jika dikaitkan dengan hari besar di kisaran Lebaran. Sapaan untuk yang kecil itu juga penting.

Heboh, ngamuklah, kalau ayo lebaran ketupat dengan bipang. Silakan dongkel presiden. politikus itu juga tahu, kalau pernyataan ini tidak ada yang salah, tetapi biasa mereka mau mencari panggung.

Politikus minim prestasi dan mau menutupi keburukan sendiri. Ada PKS da Demokrat yang membesar-besarkan di sana.

Sekaligus ini adalah pendidikan politik. Menag mengajak doa dari seluruh agama saja banyak yang nyolot, padahal salahnya di mana coba?

Harapan baik, usai warung wajib tutup di bulan puasa, kini mereda, eh hanya mengatakan makanan khas daerah yang mungkin dirindukan warganya yang diperantauan, dijadikan polemik.  Bangsa yang susah dewasa.

Kaca mata kuda yang dikenakan, hanya keakuan yang paling benar, ini adalah ciri orang yang tidak dewasa. Diperparah politikus kanak-kanak yang memainkan sembarang narasi pokokya salawi.

Heboh pada hal yang tidak mendasar. Persoalan pokok malah abai. Kala bipang haram diributkan, korupsi malah didiamkan kala banyak elit berpesta pora.

Kapan sih dewasa dan bersikap proporsional. Babi ngepet saja percaya, tapi mengaku paling agamis, dan mendakwahi orang soal moral, yang sering masih kacau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun