Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Demokrat Mendukung Teroris?

1 Mei 2021   18:19 Diperbarui: 1 Mei 2021   18:22 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benarkah Demokrat Mendukung Terorisme?

Beberapa hari ini, banyak nada minor menyasar Demokrat karena pernyataan dan sikap mengenai penangkapan Munarman dan penetapan KKB Papua sebagai teroris. Mereka dinilai oleh pihak lain sebagai pendukung terorisme.

Sangat wajar kejengkelan dan kegeraman pihak lain, yang berseberangan dengan mereka. Pun bebas juga bagi Demokrat mau bersikap. Toh masih dalam koridor demokrasi, ingat ini bukan bicara soal moralitas, mengenai ranah etis. Mengapa? Ranahnya adalah Machiavelis, di mana menggunakan segala cara demi mendapatkan kemenangan.

Fasisme menjadi sebuah jalan pintas bagi para politikus enggan kerja keras dan kerja keras. Biasa mendapatkan fasilitas, previlegi, dan prioritas, jadi politik cemar asal tenar bukan lagi sebuah hal yang memalukan.

Saya katakan sejak awal, tentu Demokrat tidak sepenuhnya membela terorisme, sebagaimana DAESH, atau pelaku teror yang meledakkan diri. Ini hanya menumpang beken, ikut pada panggung yang mau dibangun, menebar simpati dan mengais potensi suara dari ultrakanan. Sesederhana itu, bukan penyokong teroris secara langsung.

Alasan lain adalah, mereka hanya mencari upaya menutup muka dan kemaluan atas kegagalan alias impotensi mereka menghadapi teroris dan ideologis radikal pada masa lalu. Ini saja. Padahal tidak ada orang yang menyoal itu. Wajar sih merasa malu.

Musuh satu terlalu banyak membuat banyak pihak dan pembantunya kalang kabut. Apalagi ketika mau menyelamatkan diri dari perasaan malu dan gagal. Repot sih.

Mengais suara yang sebenarnya tidak signifikan, namun banyak bicara dan besar corong. Ini sebenarnya, politik juga ujung-ujungnya. Tidak soal pembelaan pada aksi dan perilaku dari tokoh itu.

Demokrat namun abai namanya. Mereka menghianati namanya sendiri dengan menghajar pemerintah tanpa pandang bulu. Esensi demokratis adalah terbatas. Ada waktunya untuk berganti kepemimpinan. Eh ternyata mereka tidak sabar.

Tidak salah menjadi oposan, namun ya yang menggunakan akal sehat, tidak usah bicara soal ranah etis lah, logis saja. Ketika aksi kriminal, membahayakan ketahanan negara saja mereka sudah abai, dan malah ikut dalam barisan penabuh genderang, ya jelas mutu mereka seperti apa.

Jangan salahkan siapa-siapa jika Demokrat itu selesai. Tidak salah Moeldoko atau Anas Urbaningrum, namun kelirunya SBY membangun dinasti. AHY belum mampu menjadi pemimpin level nasional. Menyikapi isu dan fenomena saja gagal terus.

Susah melihat kembali berjaya. Jauh lebih bisa ditengarai mereka makin parah terjun bebas.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun