Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Gerahnya Kompasianer, Menjawab Prof Felix Tani

6 April 2021   14:53 Diperbarui: 6 April 2021   15:06 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gerahnya Kompasianer, Menjawab Prof. Felix Tani

Kemarin, para suhu Kner bergibah soal kebijakan lockdown, eh karantina beberapa judul yang dinilai tidak layak. Menarik karena dinyatakan oleh para contreng biru, pemenang Knival, minimal adalah nomine dalam kategori yang berbeda.

Umur akun mereka masih relatif muda, belum menginjak seluruh jari satu tangan.  Menyatakan sudah merasa jenuh, jengkel, dan juga "terintimidasi." Kata mana yang menjadi masalah tidak pernah dikatakan secara terbuka.

Jadi, sangat mungkin timbul kecurigaan. Apalagi cek saja ada judul yang mirip namun lolos. Saya pribadi sih model seperti ini mana peduli. Kala Prof Felix membully dengan mengatakan reputasi  Kompasianer Kenthir jadi hancur karena akun langganan karantina tidak sepenuhnya tepat. Lha belum ada lima, paling banyak tiga masuk kandang.

Sederhana juga, tidak tayang di K, pindah di blog pribadi. Selesai. Tidak perlu ribet. Repot amat dalam bersosial media. Apa toh yang dicari dengan main medsos, juga K?

Uang? Sangat mungkin. Nah ketika uang adalah tujuan, maka label, hits, dan peringkat menjadi penting. Ketika sepi, tidak dapat label jadi sewot. Padahal, copot label sudah langganan, lebih sering ini dari pada karantina. Iyalah kan sudah tahunan.

Keberadaan K-reward itu seyogyanya jadi sebuah hadiah, bukan tujuan. Jika tujuan ribet dan, gampang ngambeg dan emosi. Padahal main media sosial untuk hiburan, kalau ada uangnya ya syukuri, itu anugerah, bonus.

Menuliskan gagasan agar dibaca pihak lain. Ini pasti model awal bermedia sosial, terutama K. Hanya sekadar menuangkan ide, gagasan, dan pemikiran, syukur-syukur ada yang membaca. Karena ketagihan dibaca ribuan jadi tuman dan lanjut. Eh ada reward, bergeserlah tujuan awalnya.

Wajar sih demikian, namanya hadiah, uang lagi, siapa yang emoh bukan? He..he...hanya soalnya adalah awalnya apa dulu?

Berinteraksi sosial. Nah ini, ketika menjadi tujuan menulis, berarti saling kunjung, vote, komen, dan balas komentar juga. Ini penting bagi pelaku blog yang memang mau serius dalam dunia ini. jangan dianggap sepele lho, ngeblog. Tetapi mau susah payah jalan-jalan ke akun teman itu utama.

Ini bisa dilihat kog, dari aktivitasnya di dalam artikel kawan. Pun tulisan sendiri. Jujur hal ini sudah cukup lama tidak lagi mampu dijalani. Jenuh, atau enggan, pokoknya kadang kala saja.

Membangun citra diri. Hal yang sangat mungkin. Biar terbaca oleh google, tidak ada salahnya membangun citra diri via Kompasiana. Murah, meriah, syukur-syukur dapat reward, dan dapat job dari klien Kompasiana. Kan mayan. Ada event, ada narativ, ada kesempatan macam-macam. Meskipun sama sekali belum pernah dapat dari K langsung, he..he...

Membangun citra diri untuk kemudian menekuni dunia tulis menulis sendiri, mandiri juga bisa. Hal yang bukan tidak mungkin, di tengah arus internet seolah sudah menjadi nasi bagi hidup manusia modern.

Mengapa harus gerah?

Ada kepentingan marketing, di mana ini harus difasilitasi pengelola. Pergantian era penulis itu juga menjadi penting. Pembaca bisa bosan kalau setiap saat orang atau akun itu lagi itu lagi yang nongol.

Wong sejak awal ditanyakan mana kata atau kalimat yang dianggap "melanggar" didiamkan saja, kan biar saja demikian. Napa harus repot dan menjadi sewot, lah malah jadi stroke kan repot maunya hiburan kog malah tertekan.

Tidak usah takut atau risau masuk karantina. Copot label, ya hapus saja, selesai. Sederhana saja.  Memang kadang menjadi ribet, ketika menuliskan gagasan yang sangat baru, orisinal, belum ada yang menulis, kena karantina. Semua jadi basi. Ini yang kadang jadikan emosi.

Ketika keterangan mana yang mengganggu interaksi dan melanggar aturan tidak dinyatakan, penulis bisa curiga ini sentimen pada akun dan tulisan tertentu. Jauh lebih tepat, buat saja semua akun, semua tulisan melalui moderasi.

Risikonya adalah kerja keras dan sangat berat bagi pengelola. Tetapi semua menjadi jelas dan gamblang. Tidak ada kecurigaan dan sak wasangka yang tidak semestinya.

Nulis ya nulis saja, sesederhana itu. jawaban salah satu pengelola, mungkin becanda atau memang super serius, siapa suruh nulis, bisa menjadi alasan untuk tidak banyak berharap. Bisa ribet. Padahal kan maunya santai di dalam menulis.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun