Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gibran, Cak Imin, Pilkada DKI, dan Parpol Gagal Kaderisasi

29 Maret 2021   21:26 Diperbarui: 29 Maret 2021   21:26 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PAN, PKB, dan sangat mungkin Gelora juga sama saja. Suka melihat orang potensial, tertarik dan kemudian ditarik. Tetapi mengenai kesulitan bahkan juga serbuan mana mereka mau tahu. Selama ini tidak terdengar mereka "membela" pilihan mereka kog. Sikap rival politik dibiarkan begitu saja.

Mana sikap PKB yang membentengi Jokowi? Tidak ada sama sekali. Pun ketiga partai ini juga diam seribu bahasa kog ketika Gibran dijadikan sasaran oleh media dan kini bekas menteri.

Partai politik hanya mau enaknya dan enggan ikut menerima susah. Jika partai mau susah payah, mereka akan mendidik kader mereka seperti mereka menilai dan melihat Gibran. Jika demikian, akan banyak kader, pemimpin muda, dan tidak akan krisis pemimpin.

Partai maunya potong kompas, tabiat instan, hanya mau enaknya tanpa mau susahnya. Buat apa jenjang "karir" dalam partai jika model comot kader partai lain atau tokoh populer, asal  dipilih saja?

Persoalan klasik parpol. Mereka enggak berinvestasi, maunya panen saja. Hal yang hampir terjadi dalam banyak kehidupan berbangsa di negeri ini. Potong kompas, tabiat instan, maunya enak, enggan kerja keras.

Jangan heran, ketika lebih suka membaca judul, membagikan, tanpa mau membaca isinya. Ini sama dengan apa yang para politikus lakukan. Kalau tidak disadari dan dibenahi ini bisa sangat kronis dan berbahaya.  Mengerikan apa yang bisa terjadi.

Orang bisa menjadi patah semangat, karena sudah mencoba untuk meniti jenjang kaderisasi, kemudian ditendang bisa karena uang atau popularitas.  Risiko demokrasi, apalagi masih dalam taraf belajar dan coba-coba yang memang seperti ini.

Suka atau tidak, masalah ada di  partai politik memang. Padahal hampir semua hal, pejabat apapun  melalui mekanisme politis, partai menjadi penentu.

Bagaimana sapu kotor susah untuk diharapkan menghasilkan lantai yang bersih. Mesin yang bobrok, bisa berjalan, tetapi terseok.  Entah bagaimana cara memperbaiki model partai potong kompas demikian.

Penyederhanaan partai menjadi sebuah solusi mengatasi permainan partai yang model potong kompas.  Pembelajaran politik  yang sungguh-sungguh. Orientasi partai bukan semata soal kursi dan menang saja.

Kalah pun tidak siap. Organisasi harus dibangun secara modern, bukan begini-begini saja terus. Bangsa lain sudah berorientasi ke mana-mana, eh kita hanya berkutat pokok e menang  pilkada, pilpres, abai soal proses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun