Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

7 Irasionalnya SBY dan Jajarannya Menyikapi KLB

8 Maret 2021   15:51 Diperbarui: 8 Maret 2021   16:20 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat. SBY dan AHY, siap berperang. Hanya membayangkan, Moeldoko kemudian mengatakan, ah ini hanya prank saja buat Demokrat. Apa yang akan terjadi? Perang? Perwira tinggi dan perwira  pertama yang haus kekerasan dengan tampilan lembut keknya. Padahal belum ada sikap apapun dari pemerintah.

Bayangkan jika pemerintah menolak hasil KLB, apa tidak malu mereka sudah mencak-mencak, atau malah akan bangga dengan tekanan mereka, pemerintah  takut? Memilukan jika demikian.

Kelima, SBY turun gunung. Tugas ketua majelis tinggi itu mengiyakan dan menolak  KLB. Lah belum-belum malah turun dan bicara seperti ketua umum. Ini selain mempermalukan AHY juga gambaran jelas, gamblang, dan vulgar, SBY masih ikut campur dalam banyak hal.

Miris. Ketua umum itu AHY ya biar diselesaikan AHY. SBY ada di belakang. Beri suport, dukungan, dan juga nasihat untuk berbuat. Pelatih turun ke dalam lapangan berarti tidak percaya pada pemain. Ini fatal.

Keenam. SBY mengungkit "jasanya" atas karir Moeldoko. Ini bukan mempermalukan Moeldoko, namun malah mempermalukan diri sendiri. Kini dibandingkan dengan semua presiden yang mengalami kondisi yang identik. Hanya Pak Beye yang sewot seperti itu.

Karir Moeldoko itu capaian sendiri, memang ada peran prerogatif presiden, namun bukan sebagai ketua Demokrat, atau SBY sebagai pribadi. Come on, jangan begitu, Tuhan tidak suka. Aneh, lucu, bahkan naif.

Ketujuh, tidak pernah mengacau partai lain, mengapa Demokrat diperlakukan begini. Aneh dan lucu, ada apa di balik kata-kata ini, seolah malah mengaku sebagaimana  kata bawah sadar. Ical, Gus Dur, Agung Laksono, Surya Dharma Ali, atau pun Tommy sekalipun tidak pernah melontarkan pernyataan demikian.

Tidak aneh, ketika malah pada diledek dengan menguak Kudatuli, PKB Gus Dur, ada pernyataan yang mengaitkan Pak SBY dengan kejadian-kejadian itu. Padahal awalnya orang sudah pada lupa atau melupakan. Seolah dipantik dan diingatkan kembali oleh Pak SBY sendiri.

Ada pula nuansa Demokrat itu miliknya sendiri. Hal yang membuat makin jengkel  banyak orang.

Pemerintah itu belum bersikap. Jangan sampai malah habis energi hanya karena reaktif dan pada saatnya kehabisan energi. Coba jika pemerintah menolak hasil KLB, apa yo tidak malu dengan perilaku kekanak-kanakan demikian?

Demokrat itu harusnya membantu membangun sikap demokratis, bukan kekerasan, merasa pasti benar, dan menuding sana-sini yang lebih bersalah. Biarlah pengadilan yang menentukan, jika pemerintah mengakui hasil KLB. Rakyat sudah jenuh, tetapi melihat ini sih hanya menjadi tontonan yang murah meriah di tengah pandemi. Hati yang gembira adalah obat , kata Pak Terawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun