Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[HumPol] Matahari China dan Korsel Lewat oleh "Matahari" RI

29 Desember 2020   18:40 Diperbarui: 29 Desember 2020   18:53 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

[HumPol] Matahari China dan Korsel Lewat  oleh "Matahari" Indonesia

Negara-negara maju, terutama China dan Korea Selatan telah mengembangkan "matahari" buatan. Panasnya jauh lebih panas dari matahari asli alam. Tujuannya jelas untuk energi di kemudian hari. Penggunaan nuklir untuk kesejahteraan bumi dengan sangat hati-hati dan bijaksana tentu baik adanya. Uji coba dan riset itu juga penting.

Korea Selatan baru saja menjadi pembicaraan dan pemberitaan, jika "matahari" mereka bisa menyala selama 20 detik dengan panas 100 juta kali panasnya.  Menyusul "matahari" China yang dilaporkan juga berhasil menyala.  Berlomba-lomba di dalam kebaikan dan kebermanfaatan tentu saja baik dan menggembirakan. Patut mendapatkan apresiasi, kerja keras dan kerja cerdas mereka.

Dahlan Iskan, mantan menteri edisi lampau mengisahkan bagaimana kemajuan teknologi, khususnya AI telah berhasil menangkap seorang perempuan yang telah membunuh tujuh orang bersama suaminya dua dekade lalu. Suaminya telah ditembak mati pada 20 tahun lalu. Istrinya masih malang melintang dan akhirnya ditengarai ada di kota yang sama dengan masa lalunya. Polisi melihat kesamaan banyak titik di wajah perempuan yang terpantau dalam banyak CCTV yang tersebar di kota itu.

Konon ada 80 titik khas dalam wajah seseorang. Perempuan ini sudah operasi plastik, toh masih banyak titik yang tidak bisa dipermak. Itu yang membuat si pembunuh ini tidak bisa berkutik lagi. Kemajuan teknologi bedah plastik masih kalah dengan kamera pengintai yang lebih jeli, cermat, dan presisi memperlihatkan titik-titik tersembunyi itu.

Kemajuan demi kemajuan dibangun, dicapai, dan diupayakan oleh negara-negara di dunia. Di sini pun ada yang tidak kalah panasnya.  Kalau milik Korea 20 detik saja sudah rekor dunia, mengalahkan milik China, lha di sini 10 tahun. Bayangkan, jauh lebih panas dari matahari-matahari yang ada.

Matahari Indonesia yang membangkitkan PKI. Ideologi dan partai yang sudah tiarap sejak 1966 itu bisa tiba-tiba bangkit dan katanya mengancam keberadaan Indonesia. Lha selama ini memangnya ke mana si PKI atau malah yang gembar-gembor PKI? Wong TAP MPR-nya saja masih berlaku, belum dicabut pembekuan ideologi dan partai itu kog, bisa ada bahaya mengintai katanya.

Hanya matahari Indonesia yang kapitalis, sosialis, sekaligus komunis. Katanya antekaseng, tapi katanya juga kapitalis. Lha memang bisa komunis dan kapitalis dalam satu kotak bersama? Sama juga ada lampu masih gelap. Kan aneh. Hanya terjadi kali ini.

Lebih aneh lagi, karena copid jadi banyak ahli dadakan, pakar seperti tahu bulat yang digoreng seketika, pemuka agama juga menjual tafsirnya, dan ketika kena semua, sudah terlambat. Wong virus kog dikaitkan dengan suku atau bangsa tertentu, agama tertentu, dan katanya karena perilaku buruk dan baik. Lha mau apa ketika kini yang klaim lebih baik itu pada tumbang?

Vaksin belum tersedia maksa kudu beli. Saat pasar tersedia dan datang dengan jumlah gede gak percaya karena kog bisa. Dijelaskan muncul tanya baru mengapa tidak yang lain. Vaksin harus  gratis karena itu kewajiban negara. Pemerintah mengeluarkan pernyataan bebas tanpa bayar vaksin itu, wah itu pasti jelek, presiden dulu dong yang disuntik.

Diiyakan, dan lagi timbul permintaan, semua harus sama, untuk meyakinkan siaran langsung tanpa diedit. Lha dalah bangsa lain lomba-lomba riset membuat vaksin, sini ribet curiga dan tanpa kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun