Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penistaan Nabi, Gisel, dan Munafiknya Negeri ini

7 November 2020   21:12 Diperbarui: 7 November 2020   21:16 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penistaan Nabi, Gisel, dan Munafiknya Negeri ini

Entah mau omong apa, aneh lucu, naif, dan bahkan munafik mungkin. Sepanjang setengah hari tidak membuka hape karena sedang membuat kolam. Eh pas buka hape, hampir semua grup bicara soal Gisel. Hampir semua grup, kemudian di lini massa media sosial juga sama. Luar biasa.

Miris adalah, ketika negara yang dengan mudah dan gampangnya tersulut emosi karena label penistaan agama, semua bisa tiarap dan abai akan keadaan dari Perancis sana dengan adanya kisah Gisel ini. Sedikit saja yang bicara soal boikot air mineral dan kepulanga Rizieq yang batal. Gegap gempita soal Gisel.

Boikot Perancis dan gagal pulang Rizieq berganti dengan save Gempi. Aneh dan lucu benar hidup bersama bangsa ini. Tidak kaget, ketika banyak candaan masa panas kampanye, bahwa Maria Ozawa dan Kakek Soegiyono adalah pemersatu kamret dan cebong.

Layak ditunggu komentar beredarnya video ini untuk pengalihan isu soal Perancis, Rizieq Shihab, atau bahkan malah resesi. Pasti akan ada yang othak athik gathuk demikian. he..he..he... bebas namanya juga demokrasi.

Miris adalah, ketika orang dengan mudah marah  dan ngamuk ketika ada tudingan penodaan aatau penistaan agama, namun seketika juga heboh untuk yang namanya skandal apalagi pornografi. Normal sih, namanya juga instingtif, namun menjadi naif, ketika berbicara soal agama itu ranah spiritual, jauh dari sekadar instigsit, bahkan sebentuk kesadaran tertinggi. Bagaimana bisa serempak antara yang instingtif, berkaitan dengan syahwat, tetapi kesadaran bertautan dengan spiritualitas.

Apa yang terjadi ini, sejatinya mempertontonkan, bagaimana sikap reaktif hidup bersama kita sebatas dan pada tataran konsep, bukan yang hakiki. Jika sudah pada tataran hakikat, orang tidak akan bisa serempak baik dan buruk. Suka kebaikan namun juga masih menyenangi keburukan. Jangan mengatakan ini manusiawi, atau masih manusia, toh di dunia. Dengan kata-kata demikian makin memperjelas, di mana posisi bersikapnya.

Pembela agama, akhlak yang menjadi semboyan, namun pada sisi yang sama, bicara soal skandal dan pornografi demikian asyik masyuk dan menyamankan percakapan dunia maya yang biasanya penuh caci maki dan saling mengintimidasi.

Gambaran sederhana soal baik dan buruk tidak akan bisa dalam wadah yang sama adalah, ketika kita masuk pada ruangan gelap, kita menekan saklar dan ada nyala lampu. Pasti dan pasti lampu akan mengusir gelap. Tidak akan ada kegelapan sama sekali usai lampu menyala. Serempak gelap dan terang itu mustahil.

Faktanya demikian adanya. Anak negeri ini bisa sekaligus religius namun juga suka kemesuman. Ada dua hal yang kontradiksi namun terjadi. Gelap sekaligus terang. Hal yang menarik bisa dilihat dan cermati adalah, jika demikian,

Munafik. Mendua, main dua kaki, jenis ini memilukan, karena karakter yang berbahaya. Apalagi jika bersikap komunal. Orang yang tidak bisa dipercaya karena tidak samanya kata dan perbuatan. Jika menengok model demikian, betapa banyak orang yang memiliki pola hidup demikian di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun