Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Penangkapan Sugik Nur

24 Oktober 2020   18:54 Diperbarui: 24 Oktober 2020   19:00 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Biasanya, ingat biasanya, pindahan dan kemudian menjadi penceramah, sering menjelekan keyakinan lamanya demi mendapatkan pendengar. Ingat biasanya, bukan semua, dan ingat pula ini hampir sama semua, perpindahan diikuti dengan menjelek-jelekan. Tidak semua, jadi fokus pembicaraan pada yang menjelek-jelekan.

Berkaitan dengan hal di atas, jauh lebih penting adalah, pembinaan umat, apapun agamanya, untuk kritis mengikuti ceramah keagamaan yang kredibel. Artinya, mana yang membawa kepada Tuhan dan sesama, atau malah menjauhkan dari sesama atas nama agama, apalagi atas nama Tuhan. Jadi persoalannya adalah kesadaran massa untuk bisa menolak agitasi atas nama agama. Apapun agamanya ada pelaku demikian.

Sertifikasi pemuka agama dan penceramah kelihatannya memang sangat mendesak, jadi orang yang mau berbicara di depan umum sudah mumpuni dalam memberikan pembelajaran. Jangan asal mencaci agama lain, pemerintah, sudah layak mendapatkan gelar pemuka.

Penegakan hukum itu penting, namun apakah memberikan efek jera, jika tidak mengapa? Ini yang seharusnya menjadi keprihatinan. Sugik Nur pernah mendekam di penjara, toh masih mengulang, karena pendengarnya suka dan fanatis. Ada yang sakit di sini. Pernahkah ada perhatian ke arah sana? Mengapa warga bangsa ini demikian demen dengan kalimat buruk bahkan caci maki dalam konteks kebaikan sekalipun?

Pembiaran. Sekian lama ada pembiaran. Semua mau baik atau buruk tidak menjadi persoalan. Mau caci maki, campur aduk politik agama, bahkan mau disintegrasi sekalipun didiamkan. Menjaga stabilitas politik semu.

Makelar dan pencari uang. Jangan salah, mereka apapun agamanya bukan soal agamis, namun ekonomis. Mereka mencari uang. Ini yang harusnya diselesaikan.

Masyarakat yang  masih minim literasi, gagap akan fenomena sosial, dan pemuja kekerasan verbal. Ini belum ada perhatian mengapa bisa demikian.

Kepentingan politis yang memanfaatkan tokoh-tokoh agama karbitan untuk menjadi oknum pemecah belah masyarakat. Miris sebenarnya  ketika agama yang menyejukan malah memanaskan keadaan.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun