Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Nurmantyo, PKI, dan PDI-P

25 September 2020   21:07 Diperbarui: 25 September 2020   21:18 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahunan, seperti mudik yang hiruk pikuk menjelang lebaran, setiap memasuki September, PKI dan G-30 S selalu ramai dan riuh rendah. Kali ini, dan beberapa tahun terakhir, Gatot Nurmantyo menjadi pelaku utama dalam keriuhrendahan PKI dan NeoPKI yang selalu ia ulang-ulang.

Makin ke sini, makin lucu dan maaf naif. Tidak kaget banyak bertebaran meme, lucu-lucuan mengenai hal itu. pertanyaan retoris namun nylekit, kala ditanya berapa PKI yang sudah ditangkap, kalau sejak 2008 sudah memprediksi, kan pas jadi Panglima TNI bisa berbuat, lha saat itu diam saja, tidak ada ujaran PKI menggema.

Paling lucu, atau maaf lagi naif ya, ketika mengaku dicopot dari jabatan Panglima TNI karena perintah pemutaran film G-30 S. Padahal sangat gamblang, jelas, dan pasti, mekanisme pensiun jenderal, penggantian dan pemilihan Panglima TNI itu juga melibatkan DPR. Lucu dan aneh, jika mengaitkan dengan pemutaran film PKI.

Padahal jelas karena MPP, masa persiapan pensiun, di mana gaji penuh tanpa kerja. Mana ada kesempatan demikian di swasta? Eh ini malah mengaku karena PKI. Lucu dan aneh saja. Pas diganti juga diam saja, tidak bicara PKI, atau masih mikir siapa tahu ditawari jadi menko apalagi cawapres ya?

Mengapa membawa-bawa PDI-P? Sangat mungkin karena PDI-P, partai  yang paling dianggap dekat dan seolah-olah permisif pada ideologi komunis. Apakah demikian?

Persepsi demikian memang dihembuskan sejak Orba, bagaimana Sukarno dekat dan akrab dengan komunis. Lha jangan lupa dekat pula dengan kaum agamis.

Ide dan gagasan nasokom gak mau mengakomodasi dari ketiga kekuatan utama bangsa kala itu. Jangan lupa sejarah. Ketiga pilar itu saat dan masa itu adalah kekuatan yang sama-sama menjadi kekuatan penopang berbangsa.

Mengapa hanya ditonjolkan dekat komunis, padahal sejatinya adalah nasionalis, mosok tidak berpikir sekritis ini. Apalagi bukti komunis berjaya untuk hari-hari ini adalah halusinasi dan mimpi di siang bolong.

Mana sih negara yang berdaya dengan komunismenya? Korut? Mau bernegara sekolot itu? miskin dan terbelakang karena mengisolasi diri. 

China? Jangan naif, China jauh lebih kapitalis sekarang ini. Komunis dan kapitalis itu tidak akan serta merta menyatu, malah saling berseberangan. Lagi-lagi sikap kritis begini tidak diajarkan, malah asumsi dan persepsi ngaco yang diulang-ulang.

Setuju sih, jika GN mengatakan generasi kini harus tahu bagaimana PKI, tapi jangan juga diajari dengan acara dan cara yang tidak tepat. Bagaimana komunisme dipastikan ateisme juga. Itu berbeda. Anak milenial akan sangat mudah mendapatkan referensi lain yang sahih dan itu membuat mereka antipati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun