Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sosok di Balik KAMI demi Hasrat Tak Tahan 24 dengan Pola Pilpres 2019

19 Agustus 2020   20:39 Diperbarui: 19 Agustus 2020   20:45 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sosok di Balik KAMI, demi Hasrat Tak Tahan  2024 dengan Pola 2019

Deklarasi KAMI 18 Agustus 2020, dengan brand menyelamatkan Indonesia, dengan punggawa itu lagi itu lagi, sasarannya pun sama, Jokowi zolim, turun, dan komunis, China. Barang lama yang didaur ulang lagi dan lagi. Beda penyuara utama, tetapi kontributornya sama saja. Orangnya ya itu-itu saja. Hanya bolak-balik peran, dan penyuara.

Beberapa kekhasan 2019 yang muncul lagi adalah;

Klaim sepihak. Bagaimana mereka mengaku akan dihadiri sekian banyak pihak dan tokoh. Faktanya jauh dari apa yang digembar-gemborkan. Hal yang berlaku sejak kisah Ahok prapilkada DKI, pilpres 2019, dan kini terulang lagi. Ingat, para punggawanya identik. Para penggaung dan pelakunya juga relatif sama.

Politik korban, playing victim, mengaku pemerintah atau penguasa ketakutan, sehingga melakukan intimidasi. Padahal sama sekali tidak ada. Separo halu  juga sih, perilaku yang sama. Maling teriak maling, copet teriak copet, dan perilaku munafik demi mendapatkan simpati dengan memainkan politik korban.

Pengulangan basi yang selalu diulang-ulang. Ingat massa sudah lebih cerdas, miris bahwa elit malah maaf makin bloon hanya karena kebencian. Cek saja hal yang sama juga terjadi di masa prapilpres.

Oposan lebih dari oposan. Entah di balik layar, atau memang tidak ada keterlibatan para elit parpol. Cenderung lebih banyak oposan dari para pelaku politik berpartai. Mereka bukan orang partai, pernah menjadi pejabat ini dan itu, kemudian tersingkir dengan berbagai-bagai alasan, dan ujungnya adalah KAMI.

Mengaku medsos dibajak. Lago-lagi khas perilaku orang dan kelompok ini. bagaimana tiba-tiba medsosnya dibajak. Lucunya, kali ini yang mendapat peran drama pembajakan medsos adalah Din Syamsudin. Usai riuh rendah di media sosial, ia mengaku sudah lama tidak aktif dalam akun media sosial tersebut.

Pihak mereka, mengatakan kalau akun Din dikuasai pihak lain. Senada dengan Din yang merasa tidak lagi beraktivitas dalam akun tersebut. Hal yang wajar, ada yang aneh, ketika pihak lain mengatakan ada yang mengatakan dikuasai pihak lain, dan kemudian  kog mau dinonaktifkan. Lha memangnya kalau sudah dibajak si pemilik masih bisa menonaktifkannya? Kelihatannya sih ada yang keseleo atas peristiwa ini.

Ingat masa kampanye lalu juga ada model demikian, dan kali ini si pelaku juga ikut menyuarakan soal akun Din Syamsudin ini. Apakah ini artinya mereka  biasa menggunakan pola ini?

Menggunakan segala cara demi mendapatkan panggung. Salah satu yang tidak elok adalah menghadirkan salah satu duta besar, Duta Besar Palestina. Datang dengan pemahaman perayaan kemerdekaan RI, tentu ia mau-mau saja. Padahal ada agenda lain dan itu sangat tidak patut. Hal yang lagi dan lagi kebiasaan mereka. Menyembunyikan sebagian fakta dan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun