Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ustad, "Anak Kardinal", Lulusan Injil Vatican School, Gereja Jangan Diam

2 Juli 2020   20:28 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:21 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ustad "Anak Kardinal" Lulusan Injil Vatican School, Gereja Jangan Diam

Tadi dalam sebuah grup percakapan ada rekan membagikan video. Merasa tidak tertarik biar saja, ada pembicaraan tanpa tahu alur, lewat begitu saja. Ternyata rekan Kner membuat status dalam media sosial, karena menyangkut kata Injil dan Vatikan, wah ada apa ini, ternyata ada lelucon baru.

Kali ini, ada lulusan Undip yang mendapat beasiswa ke Roma, Vatikan, Italia untuk studi teologi alias perbandingan agama. Ia mengikuti jejak bapak ibunya lulusan sana. Sah-sah saja sih mau mengaku apa saja, toh negara demokrasi. Masalahnya adalah, jangan membangun karakter, citra diri, dengan sebuah kebohongan.

Masih lah diterima nalar, ketika membualnya itu tanpa melibatkan komunitas atau agama lain. Contoh banyak demikian. Tetangga saya menyebarkan bisa berdiri di pucuk pohon bambu untuk menarik minat lembaga pendidikannya. Tidak ada yang dirugikan dengan khabar itu, meskipun belum ada bukti atau saksi yang memberikan bukti itu adalah fakta. Atau kisah-kisah heroik dan di luar akal dan nalar. Sepanjang tidak merugikan siapapun, masih lah tutup mata dan telinga. Tidak pula kriminal.

Beberapa hal yang layak dicermati bersama,

Pertama, soal Kardinal itu siapa, jelas orang ini tidak  paham. Di Indonesia ada tiga Kardinal, satu sudah almarhum, satu pensiun, dan satu masih aktif yaitu Mgr Ignatius Kardinal Suharyo. Ketiganya dapat diyakini bukan model pribadi yang penuh skandalum, jadi omong kosong jika memiliki anak. ia menyebut nama bapaknya juga Ignatius, bukan menglaim Mgr Suharyo juga sih, masih cukup waras.

Kedua, lagi-lagi kekacauan pikir ala --ala pencari panggung sama dengan Bangun dan Indra, di mana Katolik dan Kristen saja tidak paham. Bagaimana bisa mengaku anak Kardinal tetapi sekaligus katanya Ketua Missionaris Kristen Indonesia. Mengapa lucu? Jika Katolik, merujuk pada Vatikan dan Kardinal, tidak ada awam menjadi ketua misioaris. Semua ada dalam naungan KWI.

Klaim pendeta termuda Asia Tenggara pula. Bagaimana bisa pendeta studi ke Vatikan, di mana pusat Katolik berada. Sangat mungkin ada pendeta studi di sana, namun bukan orang ini.

Ketiga, kekacauan gelar akademik. Lagi-lagi cenderung orang tidak  cukup berpendidikan nampaknya, karena ada Insinyur dan Mater Teologi. Bagaimana mungkin si bapak seorang insinyur sekaligus mater, kelihatannya mau mengatakan master. Sangat mungkin sih ada pastor berpendidikan insinyur, tetapi tidak ada gelar mater teologi di sini.

Keempat, ia mengaku lulus 2000 dari Undip namun mengaku bergelar insinyur, sependek ingatan, gelar insinyur sudah selesai sejak 1990an. Lha lulusan jauh sebelum 2000an saja sudah Sarjana Teknik. Pun tidak ada seminari mengenakan gelar  Sarjana Teologi di Indonesia. Beberapa kampus menggunakan Sarjana Sastra ikut rumpun sastra dan beberapa ikut Sarjana Agama, toh tidak banyak yang menyematkan gelar ketika menjadi pastor.

Lima,  jurusan tafsir Injil jelas ngaco. Injil itu dalam mata kuliah saja dibagi dalam dua mata kuliah dengan bobot SKS yang berbeda. Injil  Sinoptik dan Injil Yohanes. Bagaimana ada jurusan Tafsir Injil. Akan lebih masuk akal adalah Jurusan Kitab Suci, pun masih ngaco karena banyaknya cabang untuk itu. Artinya jelas ngarang alias tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun