Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

7 Laku yang Berbeda Jokowi dan Ganjar Pranowo

13 Juni 2020   11:08 Diperbarui: 13 Juni 2020   11:03 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

7 Laku yang Berbeda Ganjar Pranawa dan Jokowi,

Usai hasil survey yang merilis nama Ganjar Pranawa menanjak dan ada yang turun, ada sebuah pembicaraan yang membandingkan dengan Jokowi. Cukup menarik karena capaian yang memang memperlihatkan kapasitas pemimpin. Paling menonjol ketika mengatakan akan berkreasi mengenai bansos padahal ada rekan gubernurnya yang mengejar-kejar bansos segera cair.

Soal kepemimpinan itu pas krisis bagaimana bersikap dan bertindak. Rekayasa tidak berlaku, apalagi pencitraan atau memikirkan apa yang akan diperoleh. Spontan demi kebaikan umum itulah pemimpin. Berbeda dengan model pengikut yang masih menimbang untung dan rugi. Berkreasi dengan apa yang ada jelas berbeda. Kualitas dipertontonkan dan direspons oleh hasil survey ya sepadan.

Tanggapan atas hasil survey itu cukup beragam, ada satu yang layak dikupas, bagaimana ketika Ganjar dipersamakan dengan Jokowi, ada beberapa hal yang memang berbeda jalur sehingga hasilnya berbeda.

Jokowi  masuk pada kancah politik praktis dengan menjadi walikota. Berbeda dengan Ganjar yang memang berangkat dari anggota legeslatif, anggota parpol yang cukup kuat. Perbedaan pertama. Di mana mereka berangkat pada pendekatan yang cukup berbeda. Jokowi yang eksekutif, kawasan terbatas pula bisa melakukan banyak hal secara mendasar.  Perubahan-perubahan signifikan di Solo dan kemudian di Jakarta.

Hal yang berbeda ditempuh Ganjar karena ia menjadi gubernur, pimpinan tingkat I selain Jakarta susah memberikan dampak cukup signifikan dan terasa. Kabupaten-kota jauh lebih memiliki kekuatan dan kekuasaan. Covid ini memberikan panggung bagi Ganjar dan laku tepat yang ia pilih memang.

Dua, sama-sama Gubernur, di Jakarta dan Jawa Tengah jelas berbeda. Dampak yang terasa jauh berlainan. Jakarta seperti kota gede saja, Jawa Tengah dengan luasan seperti ini, belum lagi bupati-walikota yang memiliki otonom masing-masing bisa saja mengatakan hal sebaliknya dengan apa yang hendak dijadikan kebijakan oleh gubernur.

Lihat bagaimana Walikota Tegal memutuskan lock down waktu itu. Gubernur Jakarta tidak akan menemui kendala demikian. Konteks ini Jokowi, tidak bicara yang itu. Walikota Jakarta bukan pilihan langsung, jadi sangat berbeda.

Tiga, Ganjar adalah politikus asli, berangkat dari sisi politik yang sering mencari aman, keseimbangan, sama-sama tenang. Pilihan wajar dan logis, sebagaimana pilihan orang politik yang memang demikian. Sepanjang tidak melanggar hukum dan  merugikan umum mengapa tidak?

Berbeda dengan Jokowi sebagai pelaku selalu eksekutif, cara yang dipilih lain. Kebijakan ditetapkan dan dijalankan. Apapun risikonya tidak terlalu banyak dipikirkan di depan. Lain, jika itu politikus yang menjalankan.

Empat, pemanfaatan media. Siapa juga paham jika Jokowi menjadi kesayangan media. Media arus utama dan cetak era dia membesar. Hal yang wajar karena ia melakukan yang bertolak belakang dengan perilaku pejabat pada umumnya. Media suka karena mudah mendapatkan informasi dan juga gambar-gambar yang akan menyenangkan sebagai sebuah berita. Hal yang sangat wajar dan normal ketika berbeda dengan apa yang biasa dilakukan pejabat lain ditempuh Jokowi.

Ganjar memainkan media sosial. Tanggapan yang cepat, membalas pesan yang masuk itu sebagai sarana menjalin komunikasi dan menjawab bagaimana birokrasi kadang berbelit dan lama. Ini kekuatan yang lagi-lagi itu adalah pilihan. Respons cepat memangkas jarak dan waktu. Bertebaran pengakuan kecepatan Gubernur Jawa Tengah dalam menanggapi masalah di lapangan.

Lima, inilah kualitas pemimpin. Paling gampang itu membangun fisik, dengan demikian orang akan melihat dengan kasat mata. Jokowi terkenal dengan pembangunan infrastruktur. Ganjar menggambil yang berbeda. Ia memilih Jawa Tengah sebagai kawasan yang ramah investasi. Masuklah investor dengan pembangunan pabrik-pabrik karena terjaga alam ekonomi yang stabil.

Gejolak ekonomi yang biasa mengikuti kalau ada kawasan industri ternyata tidak demikian di Jawa Tengah. Buruh tetap bisa bekerja dengan cukup nyaman, pengusaha pun enak menanamkan modal. Sepi dari demo buruh, atau sengketa kenaikan UMR, siapa pemodal yang tidak pengin.

Hal yang tidak banyak tersorot, bandingkan jika ia memilih membangun banyak sebagaimana Jokowi. Toh anggaran juga tidak cukup longgar untuk itu.  Jalan sunyi yang bisa menjadi berkat terselubung.

Enam, tanpa menjadi bupati-walikota, namun langsung gubernur. Ini juga lain dengan pengalaman Jokowi. Menapak dengan langkah yang bertahap dari yang rendah, menengah, dan tinggi. Hal yang tentu saja tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Jalan yang berbeda tentu saja bagi masing-masing pribadi.

Pengalaman di level tingkat II memang tidak dimiliki Ganjar, namun Jokowi juga tidak paham dengan sangat detail perilaku anggota dewan. Di sini nilai tambah yang dimiliki Ganjar. Kolega legeslatif, pola kerja, dan kebiasaan mereka itu Ganjar pasti tahu.

Tujuh, Jokowi pada awal jabatan sangat tersendat karena perilaku ugal-ugalan dewan. Mereka bisa memboikot karena merasa lebih banyak kursi. Membelotnya Golkar adalah kartu truf yang membuat KMP kelabakan. Apakah itu berakhir, tidak juga, berbeda cara da tipenya tentu saja. Mereka seperti apa dan mau apa, Ganjar sangat paham.

Kekuatan untuk menjalin relasi dan  komunikasi karena pernah ada di sana. Cukup paham tentunya untuk bisa bertahan dan beralih menjadi gubernur. Tidak sederhana bisa menjadi anggota dewan tanpa masuk bui. Sebuah nilai lebih bagaimana bermain dengan aman dan cantik di tengah kepungan dan budaya korup yang ada.

Harapan baik adanya perbaikan mutu legeslatif jika Ganjar bisa menjadi RI-1 tentunya, selama ini Jokowi kesulitan karena bukan orang partai. Masih banyak waktu dan bisa saja terjadi dengan demokrasi kita seperti ini.

Terima kasih dan salam

Susyharyawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun