Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi di Mana Nuranimu?

14 Mei 2020   11:36 Diperbarui: 14 Mei 2020   11:41 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak Jokowi di mana Nuranimu?

Kemarin ada rekan Kompasianer menayangkan test psikologi antara otak kanan dan kiri, mana yang lebih dominan. Test untuk senang-senang saja. Usai memberikan jempol, iseng iku-ikut, dan tidak lama kemudian ternyata banyak juga yang menayangkan hasil test rekan-rekan. Tentu ini bukan sebuah kebenaran mutlak dan sahih. Media sosial cenderung hanya untuk ramai-ramai.

Orang biasanya digolongkan pada dua sisi, antara teknis-nonteknis, sosial-ilmu pasti, dan sejenisnya  itu. Pemisahan dominan rasa atau rasio, hasilnya juga berpengaruh cukup kuat. Itu bukan hal yang mutlak, namun sebuah kecenderungan. Siapa yang dominan hatu-rasa, biasanya penyuka seni, lebih cepat menggunakan rasa sehingga timbulah baperan-tantrum, melankolik, dan seterusnya.

Pihak lain yang cenderung rasional, akan mengedepankan buah pikir, logika, dan analitis yang membuat mereka bisa bekerja dengan dasar itu. Keduanya tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Juga tidak ada yang sepenuhnya hanya satu sisi. Manusia bukan robot, hanya sebuah kecenderungan dan dominan satu sama lain.

Memang dalam kondisi-kondisi tertentu yang keluar itulah yang dominan. Contoh kecil, orang yang kuat olah rasanya, melihat orang kecelakaan, akan cepat menolong. Hasilnya bisa berbahaya karena ilmu pertolongan pertama tidak ada. Tidak salah maksud baiknya, namun bisa mencelakakan iya.

Pribadi yang mengedepankan otak, akan menghubungi polisi dan tenaga kesehatan, karena mereka yang ahli dalam bidang itu. seoolaah membiarkan orang sedang menderita. Bisa menjadi perdebatan dengan orang yang meyakini rasanya. Tega melihat orang seperti itu.

Keduanya sama-sama memiliki unsur kebenaran. Tidak akan ketemu berbicara demikian mana lebih baik. Kita sering ribet dan ribut karena ranah ini, satu pihak mengedepankan rasio, pihak lain mengandalkan rasa. Perempuan dan laki-laki cenderung berbeda pula dalam hal ini. pertengkaran dalam keluarga dan komunikasi jadi buruk, sejatinya adalah karena ini.

Mengapa Nurani Jokowi?

Apakah ada kaitan dengan kenaikan iuran BPJS yang lagi ribet? Tentu tahun 14 masih banyak yang ingat, percuma memilih Jokowi, mengecewakan, baru dipilih sudah menaikan harga BBM. Percuma dipilih, katanya ingat orang miskin, malah menyengsarakan. Kini? Harga BBM naik turun juga terbeli kan?

Ia tidak pernah menampilkan sisi melankolik pribadinya. Fokus pada apa yang ia yakini baik dan benar. Semua orang, mau elit atau ekonomi sulit, semua berteriak, kadang sangat kasar dan sangat tidak patut. Dua kisah orang yang meminta bantuan karena merasa kredit dan gajinya tidak lagi mampu menghidupi. Memang bahasanya bagus, dan patut, apa iya, presiden mengurus teknis orang per orang?

Nanti pihak pemberi kredit juga mengeluh, lah kami membayar gaji karyawan, operasional kantor dari mana? Jokowi lagi yang diteriaki. Apakah pernah terpikirkan oleh kita-kita ini? Mengapa?  Karena pemikiran kita itu seturut keinginan dan yang menyenangkan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun