Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Said Didu Mangkir Lagi, Belajar Oposan Gaya Baru

12 Mei 2020   11:59 Diperbarui: 12 Mei 2020   12:23 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Said Didu Mangkir Lagi, Belajar Oposan Gaya Baru

Kemarin Said Didu mangkir lagi atas pemanggilan pemeriksaan untuk pelaporan Luhut Panjaitan. Masih menggunakan nama karena saksi bukan tersangka. Ini kali kedua ia tidak datang dengan dalih pandemi corona. Bolehlah, apa sih yang tidak. Ia meminta polisi saja yang datang ke rumahnya. Keren bukan, usai demi bisa datang ke sebuah kota dulu ia menggunakan mobil ambulan, kini mengundang polisi.

Apa sih beratnya datang, penuhi panggilan polisi, tiru tuh Ahmad Dani, bukan Ahok, beda level. Ahmad Dani dengan berbagai manuver toh akhirnya bertanggung jawab dengan perbuatannya. Demikian juga minimal belajarlah dari Ratna Sarumpaet meski mau pergi ke luar negeri toh bertanggung jawab dan dua tahun di bui. Ini masih jauh dari itu semua.

Said Didu perlu datang, lakukan kewajibannya, jika benar bawa Luhut Panjaitan masuk bui. Ini namanya demokrasi, semua setara di muka hukum. Mengapa takut? Tidak ada yang kebal hukum dan berbeda di muka hukum. Jika tidak yakin dengan peradilan yang ada, mengapa tidak melakukan hal yang berbeda untuk membangun peradaban yang baru.

Oposan

Memilih menjadi oposan ya yang bertanggung jawab. Beberapa perilaku oposan selama ini;

Melakukan katanya kritik, namun jauh dari persoalan. Contoh soal infrastruktur mengatakan rakyat tidak makan semen, tetapi pada posisi lain memamerkan perjalanan ke mana-mana menjadi relatif mudah dan efisien. Akhirnya kritik itu tidak bermanfaat, karena jadinya nyinyir dan waton sulaya. Kritik dan oposan itu wajib, bahkan sangat bagus demi perkembangan bangsa dan negara lebih baik.

Usai nyinyir, ketika terjatuh pada fitnah dan ada yang melaporkan sebagai  pencemaran nama baik ada beberapa model.

Ngeles, mengaku dibajak, ketika mentok meminta maaf, khilaf, dan meterai 6000. Mau siapa saja, rakyat jelata atau elit, artis medsos, sama saja. Cara yang tidak kreatif. Begitu-begitu saja dan masih manjur.

Menuduh pemerintah otoriter, kriminalisasi, begitu saja ngambeg, kuping tipis. Ini level yang kardus cukup tebal, memiliki jaringan kuat, dan kasus relatif sumir. Jika berat poin satu yang maju. Bisa dicek di media bagaimana perilaku ini demikian banyaknya.

Lari, menghindari panggilan, mendadak sakit mau mules, dara tinggi, diabet atau jantung. Pelaku ini biasanya politikus, memiliki kedudukan, dan juga penasihat hukum yang sekalian sutradara. Mereka ini biasanya memiliki kartu bagi pelaku lain. Nah demi mengamankan banyak pihak, mereka ini bisa sangat kreatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun