Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menteri Sri Mulyani Memberi Kuliah Ekonomi pada Mantan Menkeu

3 Mei 2020   20:59 Diperbarui: 3 Mei 2020   21:03 2645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menteri Sri Mulyani Memberi Kuliah Ekonomi pada Mantan Menkeu

Kamis pekan lalu, Menkeu Sri Mulyani melakukan rapat bersama dengan DPR. Dalam salah satu penjelasannya Bu Ani mengambil contoh dari komentar mantan Menkeu soal besaran uang stimulus dalam menghadapi pandemi ini. Soal teknis ekonomi, bukan kapasitas saya, namun mencoba melihat sisi politis dari fakta yang ada.

Menkeu Ani mengatakan, ada mantan menkeu masa lalu yang mengatakan besaran stimulus haya sekian, berarti bingung membaca APBN, dan kemudian ada pembahasan lebih mendetail mengenai asal usul besaran uang itu. Pak Mantan juga menyatakan besaran uangnya diperoleh dari mana. Terlihat lucu atau maaf naif.

Menteri masa lalu pula, ada yang mengatakan sebaiknya negara mencetak uang 600 T untuk menjaga ketersediaan uang. Lha apa iya seorang menteri tidak tahu dampak ngeprint uang? Mosok seperti anak TK saja yang main uang-uangan. Lucunya ia juga mengatakan ini sebuah gagasan yang bertolak belakang dengan apa yang selama ini diyakini. Kalau tahu mengapa mengusulkan? Lha emangnya tim ekonomi Jokowi, maaf seoon pemerintah-pemerintah lampau?

Kedua mantan menteri itu jelas tahu dengan baik apa yang sedang terjadi, prediksi seperti apa yang mungkin terjadi dan tidak, serta tahu dengan baik seperti apa keuangan negara  ini.  Mustahil jika mereka tidak tahu. Mereka hanya pura-pura tidak tahu demi hasrat politis atau memberikan angin pada kelompok dengan menyerang Jokowi dan pemerintah.

Khusus membahas yang digunakan Menkeu Sri Mulyani dalam rapat dengan DPR. Ia mantan Menkeu terakhir era Soeharto, sekaligus dulunya dirjend pajak zaman Soeharto pula. Jadi tahu dengan baik seperti apa keuangan saat itu, sekarang, dan akan bagaimana ke depan. Omong kosong jika mengatakan kini sangat buruk. Tapi jangan juga memaksakan ia untuk mau mengatakan kebenaran yang waras, tidak akan mau.

Membaca berita ini, jadi ingat buku Gus Dur dan jadi kembali membuka-buka soal nama itu. Ada tiga kali penyebutan si tokoh dan kiprahnya seperti apa. Ketiga pembahasan pribadi ini menyangkut siapa dia di era Soeharto, kebersamaan dengan siapa saja, sehingga bisa terbaca afiliasi ke mana. Kedua, mengenai pidato menanggapi pertanggungjawaban Gus Dur. Semua tahu dialah di balik pidato itu, namun akhirnya yang membacakan bukan orang ini. Pembicaraan ketiga mengenai penunjukan Menkeu yang baru. Nah ini yang layak dilihat lebih jauh.

Pemilihan Menkeu baru, usai pergantian menteri, tentu Gus Dur memiliki pertimbangan politis pun sisi keyakinan pribadi. Nah orang ini berkomentar bahwa kapasitasnya sangat jauh dari layak. Bisa dimaknai sebenarnya ia juga berharap banyak bisa lagi duduk dalam kementrian itu. Tentu saja Gus Dur tidak akan mau memilih orang yang sangat ia pahami seperti apa prestasi dan ke mana arahnya.

Sri Mulyani dan Fuad Bawazier

Keduanya Menkeu dengan menghadapi krisis yang sangat besar.  Sri Mulyani krisis global karena virus dan tanpa-tanpa menemukan kesuksesan dalam menyikapi mulai tampak. Arah ke sana sangat jelas karena keadaan yang cukup berbeda. Investor percaya karena pemerintah bekerja dengan tepat, benar-benar bekerja, dan memilih langkah dengan kehati-hatian namun sepanjang proses ini tepat.

Cukup berbeda dengan Fuad Bawazier, selain krisis ekonomi, ia juga menghadapi krisis politik, dan juga dampak kemarahan masyarakat selama puluhan tahun. Ramai-ramai rakyat menyumbangkan emas dan harta berharga. Lembaga-lembaga agama pun datang untuk menyumbang. Bank-bank banyak yang berguguran karena benar-benar krisis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun