Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kali Ini Percaya Fadli Zon daripada Kompasianer Itu

28 April 2020   06:59 Diperbarui: 28 April 2020   07:13 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kali ini Percaya Fadli Zon daripada Kompasianer ini

Beberapa waktu lalu ada khabar kalau Moeldoko ketemu dengan Fadli Zon. Khabar yang disampaikan si Kompasianer mengatakan, perlu melihat apa yang akan terjadi setelah pertemuan. Apa yang "diharapkan" adalah Zon berubah. Moeldoko mau mengooptasi Zon. Apa yang ia sampaikan dengan alasan anggota dewan itu "kritis" pada pemerintah.

Zon mengatakan, kedatangan Moeldoko soal HKTI, bukan soal politik. Kedunya sama-sama pengurus HKTI yang memang ada dua kubu yang keduanya sama-sama klaim resmi dan mengaku pengurus. Moeldoko dan dirinya ketemu untuk konsolidasi dan melakukan banyak tindakan bersama sebagai satu kesatuan. Logis dan bisa diterima nalar.

Mengapa kecil kemungkinan Moeldoko melakukan "kooptasi" atas Zon:

Perilaku Fadli Zon, bukan baru kali ini saja. Model berpolitiknya memang demikian. Lima tahun lalu, itu lebih pas, berdaya guna, dan memberikan faedah. Lha saat ini untuk apa, sudah berlangsung lima tahun lebih tanpa ada perubahan sikap kog. Alasan yang tidak cukup memberikan bukti.

Prabowo dalam kampanye pilpres kemarin mengaku, bahwa ia tidak mampu mengendalikan Fadli Zon. Jika atasan struktural partai saja angkat tangan, bagaimana mungkin Moeldoko bisa mengendalikan Fadli Zon. Susah diterima nalar lagi.

Keberadaan Fadli Zon yang hanya anggota tidak cukup signifikan untuk dikooptasi, bandingkan posisi tahun lalu. Kedudukannya sebagai pimpinan sangat strategis. Lha dulu saja "dibiarkan" apalagi sekarang, yang hanya anggota.

Fadli juga tidak sendirian kog berperilaku demikian. Dalam partainya ada yang namanya Puyuono, Rachel, belum lagi melalui media sosial, ada Kner ini, Musni Umar, Tengku Zul, Rocky Gerung, dan sebagainya. Ini bukan masanya membungkam model berdemokrasi demikian.

Posisi Jokowi juga sudah "tidak lagi" perlu legitimasi yang berlebihan, karena toh tidak perlu tenar karena periode besok sudah tidak lagi jadi kandidat. Perjalanan periode ini tinggal jalan tanpa memikirkan apa kata rival. Mau dikatakan baik atau buruk sudah tidak memberikan dampak. Apalagi penilaian itu bukan barang baru.

Keberadaan dewan dan parpol bersama pemerintah itu sangat besar dan kuat. Nyanyian sumbang satu dua tidak merusak ritme harmoni yang ada. Dukungan parlemen dan partai hampir seluruhnya. Kalau model kooptasi yang periode lalu, ketika dukungan parlemen itu tidak cukup kuat. Analisis yang tidak cukup mendasar dengan pola dan data-data yang ada.

Kapasitas Zon saat ini, tidak perlu level Moeldoko yang datang. Bisa Ngabalin saja yang mendatangi, jika itu memang mau "menjinakkan" Zon. Terlalu tinggi jabatan Moeldoko jika bisa politik dengan Zon, bisa yang lebih kecil lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun