Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Desakan Fadli Zon Kepastian Haji dan Potensi Kepanikan

30 Maret 2020   13:55 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:23 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepastian Haji Desakan Zon dan Kepanikan yang Mungkin Tercipta

Soal civid-19 masih belum ada tanda-tanda mereda di dunia. Sejatinya di sini tidak cukup besar. DB lebih darurat sebenarnya. Sepakat kata Mendagri Tito Karnavian, angka kematian akibat langsung virus ini relatif rendah. Hanya saja memang tingkat penularannya yang relatif cepet. Jauh lebih banyak kekacauan informasi dari kenyataan yang terjadi.

Keadaan itu yang membuat ribet karena orang tidak jelas dan mana yang pasti. Informasi simpang siur. A mengatakan begini besok menjadi begitu. Ditingkahi para pelaku panjat sosial yang mengejar nama, tenar, dan uang dengan memanfaatkan keadaan ini. Mereka tidak memberikan pemahaman yang pas dan benar, tetapi membuat keadaan makin tidak jelas. Arahnya hanya memberikan narasi sesuai pesanan.

Suka atau tidak, kini banyak pelaku media bayaran pihak tertentu untuk mendukung pendapat, gagasan, dan ide mereka agar lebih dipercaya massa. Mau benar atau salah bukan pertimbangan mereka lagi. 

Yang ada adalah pemikiran dan gagasan mereka menjadi keyakinan banyak pihak yang kemudian bisa menjadi kebijakan. Ini lagi-lagi bukan soal benar atau salah, hanya berkaitan dengan kepentingan.

Jelas mudah ditelisik, ini benaran motif kemanusiaan, pandemi, dan keamanan bersama dengan melihat rekam jejak mereka. Konsisten tidak, benar-benar berbicara kemanusiaan atau kepentingan, afiliasi idologi kog ya ndilalah ikut berperan dalam hal ini. Meskipun tidak selalu juga demikian.

Dampak ketidakjelasan ini adalah kebingungan. Orang menjadi kacau mau mengikuti yang mana. Ujung-ujungnya panik dan membeli ini dan itu bukan karena kebutuhan mendesak hanya ikut-ikutan. Masker dulu menjadi begitu gila-gilaan dan habis sampai sekarang susah mendapatkan. Diikuti hand sanitizer. Orang yang biasanya makan langsung comot tiba-tiba mencari dan membeli HS.

Berkembang menjadi disinfektan. Semua-mua pada membuat. Resep, penyemprotan, dan ramai-ramai membuat bilik semprot. Tiba-tiba WHO mengatakan tidak ada gunanya, malah bisa-bisa bahaya. Dan lagi-lagi berbagi berita yang sebaliknya dari hari sebelumnya. Model demikian, orang jadi tidak jelas.

Padahal benar disinfektan itu untu barang. Mengelap gagang pintu, gagang di tangga, atau tombol di tempat-tempat umum. Sudah latah dibanjiri info yang saling bertolak belakang. Narasi yang berbeda saja bisa semua diikuti. Kan sangat tidak berdaya guna.

Termasuk isu LD dan kemudian bergeser menjadi karantina terbatas. Walikota sini memutuskan LD, info lagi-lagi membanjir dengan dua narasi. Setuju dengan puja dan puji berdasar pengalaman negara A, yang tidak setuju dengan referensi negara B. Semua hanya omongan dan tidak memberikan manfaat secara langsung. Apalagi benar kemudian kota tersebut malah ribut.

Hal -hal itu yang terjadi. Semua tentu sudah dipahami oleh pemerintah yang memiliki alat kelengkapan yang sangat mumpuni untuk mengadakan kalkulasi juga prediksi untuk mendapatkan gambaran yang tepat. Manusia kita ini gabungan sok tahu dan ngeyelan, plus malas menelaah dengan jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun