Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Dongeng] Sapi yang Sombong

23 Maret 2020   21:13 Diperbarui: 23 Maret 2020   21:11 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dunia manusia sedang dilanda virus corona atau covid-19, syukur bahwa kali ini hewan aman. Awalnya sih lagi-lagi dunia kami yang menjadi tertuduh. Ya biasa, manusia tamak tidak tahu adat menuding pihak lain.  Toh kenyamanan hutan kami sedikit terusik oleh datangnya sapi yang merasa diri paling itu.

 Sapi yang datang-datang malah mengatur kami untuk tidak boleh ini dan itu. Batasi kami agar tidak boleh melakukan itu tapi harus mengerjakan yang ini. Susah, ketika hari-hari indah, riang gembira, bebas, dan  tanpa aturan itu kini terenggut oleh hadirnya anggota baru yang sedianya adalah karena kami ini toleran.

Melihat binatang luntang-lantung, kami ini kasihan, eh tidak tahunya malah malapetaka yang kami dapatkan. Pertama datang, masih ia menurut kata kami. Semua tanpa aturan, saling pengertia bae satu sama lain. Mana ada  ancam mengancam atau memagari kawasan badak atau kambing. Semua rukun, tahu batas, hidup bareng.

Mana ada minum di sungai yang jernih, panjang itu ada waktunya. Lha kata si Beo yang biasa crewet itu, apa yang terjadi adalah aturan manusia. Lha ini hutan, bukan kandang, bukan sangkar, apalagi peternakan. Kami bangun mau makan, mau main, atau mau masuk sungai, ya terserah kami.

Seminggu kemudian, watak begaya sapi mulai nampak, satu persatu di antara kami didatangi, diajak berkumpul di tanah lapang, tengah-tengah hutan. Daerah cukup tinggi, aman dari pemburu. Si manusia jahat itu. Di sana ia menceritakan, kalau di luar sana sedang kisruh. Sangat mungkin manusia itu akan pindah ke dalam hutan, atau di tepi hutan.

Sapi merasa lebih tahu, dan ia mengaku sebagai pelihara pejabat manusia. Kalau rapat ia dengar mereka berbicara, karena sebagai hewan kesayangan ia dilepasliarkan dan bisa dekat ke jendela tempat diskusi para manusia itu.

Hewan-hewan makin kagum dengan penjelasan itu. Dan ia  tahu kalau mereka pada kagum, keluarlah ajarannya yang pertama. Mulai besok pagi, yang minum di atur. Hewan yang kecil dulu, karena waktu singkat, dan juga bisa segera diganti yang gede-gede.

Peraturan kedua, tidak boleh sembarangan sungai yang diminum, namun hanya yang di bawah pohon cempedak. Dalihnya, itu tempat yang paling aman dari pengamatan manusia. Padahal semua hewan tahu di sana itu sangat rawan. Mudah gugur tanahnya, dan juga banyak tanaman racun. Demi menghormati sapi yang baru datang mereka diam saja.

Makananpun dibatasi. Pemakan rumput, mau gajah, sapi, banteng, dan kerbau tidak boleh lebih dari satu jam. Coba bayangkan, kelinci mungkin kenyang, lha gajah? Mulai aneh, tapi ya biarlah dengarkan dan lakukan dulu.

Selanjutnya, ia juga membatasi, hewan darat tidak boleh berendam, berenang, dan  membuat sungai itu kotor. Kasihan ikan dan kawan-kawan katanya. Lha ini makin koplak saja, mana ada ikan terganggu kalau gajah masuk sungai, mereka tahu menyingkir lah. Belum pernah terjadi ikan cemet karena tergencet gajah atau banteng sekalipun.

Macan, singa, ular. Elang, dan pemakan daging tidak boleh makan hewan-hewan yang ada di lingkungan mereka ini. Mereka harus mencari di luar  kawasan mereka. Namun dibatasi, jangan sampai matahari tenggelam mereka datang. Lha bagaimana bisa, berapa jauh mereka tidak tahu. Alasannya manusia biasanya datang malam-malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun