Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kedatangan Tito Itu Tekanan, Panggung yang Terenggut Covid-19

19 Maret 2020   21:10 Diperbarui: 19 Maret 2020   21:08 3850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedatangan Tito itu Tekanan Bukan Penghargaan, Panggung yang Terenggut Corona

Tiga hari lalu, ketika keadaan Jakarta menjadi kacau karena menerjemahkan pembatasan sosial, malah busnya yang dibatasi. Sengaja sih lebih kuat dari sekadar salah kebijakan. Antrian yang menjadi-jadi, di dalam bus pun kondisi tidak lebih baik. Sangat mungkin bahwa kondisi yang demikian, potensi naiknya penderita sangat mungkin.

Cukup menarik, adalah apa yang menjadi narasi setelah itu. Tito Karnavian selaku Menteri Dalam Negeri datang ke balaikota. Ada dua pendapat cukup penting untuk dilihat lebih dalam lagi, bagaimana narasi ini mau bermuara.

Pendapat satu mengatakan ini adalah prestasi, di mana Menteri Tito datang ke gubernuran. Kan atasan bukan datang dalam birokrasi biasanya. Bawahan yang dipanggil. Dan itu menjadi narasi oleh sebagian pihak yang memang memosisikan si bawahan ini segala-galanya. Ya wajar sematan gubernur serasa presiden.

Gubernur mendapatkan apresiasi. Ya jelas sebelumnya sudah merasa begitu, padahal Presiden Jokowi mengatakan apresiasi secara umum. Bukan hanya pada satu pihak yang kegeeran.

Pendapat kedua, keberatan mengapa Menteri Tito harus datang yang bisa ditafsirkan sebagai sowan, dan bahkan akhirnya menjadi alasan para pendukung berlebihan sebagai prestasi dan penghargaan. Ini  ternyata tidak sepenuhnya tepat. Mengapa?

Jika dipanggil Anies Baswedan tidak akan datang. Pengalaman Kemen PUPR telah dipelajari oleh Tito, dan "mengalah untuk menang" itu penting. Menghadapi pribadi model demikian memang salah satu caranya adalah mengalah ini.

Upaya yang dinyatakan untuk menghindari tanggung jawab dalam kesalahan sengaja membuat antrian mengular adalah efek kejut bagi warga. Lha warga sudah tahu diri kog. Ini adalah perwujudan ia terkejut dengan apa yang dilakukan presiden dan menteri sehingga ia tidak lagi berdaya.

Apalagi melihat hari ini juga merilis apa yang senada dengan rancangan pusat  mengenai pembatasan sosial. Jelas mengenai Jumatan yang berkaitan dengan Misa-Kebaktian dan juga Nyepi nantinya. Ini cukup berbeda jika melihat perilakunya selama ini.

Narasi yang selalu berbeda dengan pusat mau menegaskan posisinya yang lebih gede dari yang sedang ia sandang. Tidak hanya soal corona, namun dalam banyak peristiwa dan banjir terutama mau menunjukkan bagaimana reputasinya.

Kebijakannya yang amburadul telah menenggelamkan dirinya. Sikap arogan sejatinya tidak banyak membantu, selain gaungan pengikutnya yang sejatinya tidak membantu. Malah cenderung semakin dalam ia terjerumus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun