Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Takbir untuk Rocky Gerung dan FPI Mempermalukan Negara

9 Maret 2020   14:20 Diperbarui: 9 Maret 2020   15:42 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Takbir untuk Rocky Gerung dan FPI Mempermalukan Negara

Sebelum menulis mencari-cari apa itu fungsi takbir. Dan sependek yang saya pahami ternyata itu untuk melawan atau mengusir setan, lawan, dan menyemangati, kira-kira begitu. Toh bukan mau membahas takbirnya, namun untuk mengupas yang lainnya. apa ya pantas menyambut tamu, yang belum ada pengakuan publik dia menjadi Muslim lagi dengan sebuah teriakan takbir.

Kegiatan itu di dalam kampus lagi. Tentunya lebih pas dan tepat ada sambutan lain. Ingat ini bukan salah atau tepat, namun pas atau tidak. Itu bukan sebuah penilaian moral dan hanya menjadi sebentuk tanya. Sama juga dengan apakah mau makan apel itu dikupas atau langsung gigit tidak ada yang lebih baik atau tidak.

Dengan melihat rekam jejak RG yang cenderung hanya mempermainkan kata di dalam "mengajarkan" pemikirannya pada para pengikut dan penikmat fanatisnya. Mengambil term fanatis bukan setia. Kalau fanatis itu salah benar pokoknya benar. Beda jika setia, mereka akan menimbang benar atau salah.

Pemikiran yang seolah-olah kritis itu sering tidak dicerna dengan semestinya dan memgaburkan apa yang sebenarnya. Toh itu  hak di alam demokrasi.

FPI. Ini lagi-lagi aksi yang sangat mempermalukan bangsa. Jika keberadaan mereka yang olegal karena surat izinnya telah mati itu memalukan di dalam negeri masih banyak temannya. Ini mempermalukan diri dan bangsa di depan publik asing. Mereka jelas tidak tahu kalau kedutaan itu tanah India, bukan  milik neneknya yang bisa seenaknya saja dijadikan lahan demo.

Membakar bendera, jelas lebih parah lagi, bendera itu simbol atas bangsa. Susahnya mereka ini tidak memiliki kebanggaan, jadi susah mereka merasa terhina. Lha kebanggaannya sesuai kepentingan yang menyewa mereka. Toh itupun hanya elit mereka yang paham. Di pelaku lapangan mana paham. Asal kenyang teriak kencang.

Wong mereka hanya tiga kata yang tahu, Ahok, Jokowi, dan Palestina. Lainnya sesuai pesanan semata. Mau apapun aksinya, tiga itu akan menjadi yang utama. Antiahok, Jokowi, dan membela Palestina. Nah kadang Palestina ini bergeser menjadi Rohingnya, atau Uigur, dan kemudian India. Mirip iklan teh kemasan kog, apapun aksinya ujungnya adalah Ahok, Jokowi, atau solidaritas ini dan itu. Menggelikan.

Lebih memilukan, akan banyak bertebaran pembagian nasi bungkus dan makan ramai-ramai di sembarang tempat, usai aksi. Pembahasan soal demonstrasinya biasanya sedikit. Lebih banyak kelucuan atau kekonyolannya malah.

Wajar protes keras dilakukan duta besar India. Mereka terganggung dengan aksi di depan rumah mereka, eh malah simbol mereka juga dibakar. Siapa mereka ini pun malah front liar. Iya liar, karena izinnya telah mati.

Berbeda jika yang melakukan itu adalah NU atau Muhamadiyah, dan kedua lembaga itu tidak akan mempermalukan diri dengan aksi jalanan murahan seperti itu. Mereka pasti juga tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Pokok ada gawe. Lha MUI, Muhamadiyah, dan NU saja tidak banyak reaksi atas negara lain. Jangan lah sok tahu dengan urusan negara lain, di sekitar saja banyak masalah tidak paham. Malah mengurusi  kejadian di negara lain, bisa-bisa menjadi salah paham, kan repot.

Menjadi point bagus dan penting, jika pihak kedutaan India melaporkan kepada polisi atas penghinaan simbol negara mereka. Dengan demikian, polisi bisa menindak dengan tegas front liar ini. Dibiarkan saja menjadi-jadi dan tidak tahu malu lagi.

Malah mengancam pihak duta besar lagi. Kelompok yang tidak tahu adat dan tidak tahu diri ini harus disikapi dengan serius. Jangan sampai karena organisasi liar membuat hubungan kedua negara menjadi tidak enak.  Izin ormas mati, lha masih gagah-gagahan, jelas ini masalah.

Agama diasongkan menjadi komoditas politik murahan oleh beberapa pihak, dan ketika ada yang memberikan masukan dan nasihat malah dikatakan menistakan. Penistanya ya yang menggunakan itu demi urusan perut semata, muaranya jamban. Jangan malah memutarbalikan fakta.

Perilaku ugal-ugalan dengan mengerahkan massa ini selalu mengganggu penegakan hukum. Entah karena ada orang kuat yang menjadi penyandang dana atau menjadi pembela, sehingga seolah negara tersandera oleh perilaku mereka yang buruk ini.

Menyampuradukan agama dengan kepentingan sendiri, kelompok, dan terutama untuk mencari makan sebenarnya memalukan. Hingga sekarang hampir tidak tampak apa yan mereka lakukan itu adalah aksi agama. Lebih banyak membela kepentingan politik pesanan. Ingat politik pesanan, bukan politik yang secara hakiki benar dan baik.

Kali ini membela itu, besok mencela ini, yang penting bisa ada roda yang berputar. Dan lagi-lagi muaranya adalah kardus. Miris dengan atribut dan slogan agamis namun perilakunya jauh dari tuntunan dan tuntutan agama.

Penegakan hukum dan juga pengembalian agama dan identitasnya pada ranah yang semestinya. Jangan menuding dan menuduh pihak asing atau pihak lain mengerdilkan atau menodai. Nyatanya mereka sendiri yang merendahkan kesucian lambang dan unsur agamanya sendiri.

Ini perlu niat baik yang sungguh-sungguh. Masukan dari pihak lain akan dicap menistakan. Dari dalam seolah tidak sadar, bahwa di antara mereka  merendahkan kesucian mereka sendiri dengan kasat mata.

Jangan menilai mengucapkan kata-kata suci itu sudah mempertontonkan kesalehan, apalagi jika di dalam keseluruhan konteks malah sebaliknya. Biasakan melihat dengan menyeluruh jangan dipotong-potong, sehingga malah merendahkan makna sucinya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun