Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-hati Bicara pada Ibu Hamil dan Usai Melahirkan

24 Februari 2020   09:56 Diperbarui: 24 Februari 2020   10:00 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kadang juga turut membagikannya, namun abai ketika menghadapi. Kalimat sarkas, kata-kata menyakitkan  pada ibu hamil dan melahirkan itu berdampak luas. Ada dua pribadi yang kena. Ini masih demikian banyak lho, dan belum tentu si ibu dan bayi itu memiliki mental kuat.

Diperparah jika laki-laki itu lemah dan meminta istrinya mengalah, dan membiarkan keluarga istrinya berlaku semau-maunya. Mengalah dan mengampuni itu benar dan baik. Jika memang mampu dan bisa kuat menanggungnya. Mengapa? Karena bersikap cuek dan menerima hal yang tidak penting dna tidak benar sebagai fakta itu belum tentu semua orang mampu.

Bagi ibu hamil dan melahirkan, banyak-banyak membaca dan berdoa, jika memiliki kerabat atau keluarga terutama dari pihak suami yang banyak omong buruk, latihan tidak mendengarkan. Sepanjang tidak berdasar, ya sudah anggap saja tidak penting. Mengapa demikian? Menjaga kesehatan badan untuk dua orang saja sudah susah, apalagi menjaga hati.

Kadang budaya kita juga lemes, mudah bicara yang kadang dianggap guyonan, namun dalam kondisi tertentu sangat sensitif. Jenis kelamin bayi, itu juga menyakitkan kadang, warna kulit, atau tinggi atau berat badan. Sebenarnya hanya basi-basi, namun kadang bisa menjadi luka batin seumur hidup.

Jadi belajar untuk hati-hati jika berhadapan  dengan keadaan demikian. Kadang  berfikir sangat dangkal dan menyederhanakan persoalan. Faktual tidak mesti  juga diungkapkan dengan lugas dan vulgar. Ada teposelira untuk menyatakan. Kehati-hatian dan kebijaksaan menjadi penting. Bicara dulu jangan menjadi budaya, pikir dulu baru omong menjadi penting.

Ikut berduka, bagi kelurga yang mengalami kondisi demikian, dan semoga kita bisa belajar dan tidak ikut menjadi penyebab kondisi yang tidak diinginkan. Pembelajaran yang mahal dan miris.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun